NATASYA terus memohon pada Rendi dan Anggara agar membebaskannya dari sini. Rumah sakit jiwa.Flora menatap sedih Natasya dari luar ruangan. Anggara dan Rendi melarangnya untuk ikut masuk karena Natasya bisa saja kembali menyakitinya.
Ada rasa kasihan yang mengganjal di hatinya. Ia juga seorang anak perempuan yang menginginkan kebebasan. Namun, ia berbeda dengan Natasya. Jika memberi Natasya kebebasan, maka sama saja dengan mengundang marabahaya.
"Papa tolong bebasin Natasya ya dari sini? Natasya nggak mau di sini lagi. Anggara kamu masih pacar aku, masa kamu tega ngelakuin ini semua sama aku?." Natasya terus membujuk Anggara dan Rendi tanpa henti.
Namun, semuanya sia-sia. Anggara dan Rendi hanya diam. Tidak membalas permintaan Natasya.
Brakk...
Natasya yang geram karena terus diabaikan menggebrak meja di depannya. Meja yang menjadi sekat antara ia dan Anggara juga Rendi.
"KALIAN TEGA NGELAKUIN INI SEMUA KE AKU?!." Natasya meninggikan suaranya satu oktaf.
"PAPA!!! AKU INI ANAK PAPA! BUKAN FLORA!." teriak Natasya tepat di depan wajah Rendi. Laki-laki setengah baya itu hanya diam. Jujur, hatinya sakit melihat putri semata wayangnya kembali seperti dulu. Tapi di sisi lain, dia juga tidak ingin jika Natasya melukai banyak orang di luar sana.
"ANGGARA AKU INI MASIH PACAR KAMU!!." Natasya menggenggam tangan Anggara erat.
Natasya mengacak rambutnya frustasi saat kedua pria berbeda generasi di depannya ini tidak ada yang meresponnya.
"DASAR CEWEK MURAHAN!!! GARA-GARA FLORA KALIAN NGGAK BELAIN AKU DAN TEGA NGURUNG AKU DISINI!!." teriak Natasya.
Plakk...
Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Natasya. Anggara melotot kaget. Bahkan Flora sampe menutup mulutnya karena hampir berteriak saat melihat Rendi yang menampar Natasya dengan keras di depan matanya.
Natasya menatap tak percaya Rendi. Ini pertama kalinya Rendi bermain fisik padanya, dan semua itu karena Flora.
Seumur hidup ini pertama kalinya Rendi melakukan hal ini pada Natasya. Bahkan membentak saja tidak pernah.
Anggara berusaha membantu Natasya berdiri. Natasya menipis kasar tangan Anggara.
"Nggak usah bantuin gue!." tatapan tajam Natasya, Anggara abaikan. Laki-laki itu memilih untuk kembali ke tempatnya.
"Papa nggak pernah ajarin kamu buat menghina orang lain! Tapi kamu malah membully siswi-siswi di sekolah. Selain itu kamu juga menghina teman kamu di depan Papa!." Rendi beranjak keluar dari dalam ruangan tersebut.
"Gue harap setelah ini lo bisa sembuh dan berubah. Renungkan semua kesalahan yang telah lo perbuat." Anggara ikut beranjak.
Flora menatap sedih ke arah Natasya dari luar ruangan. Natasya menatap tajam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
F L O R A [COMPLETE]
Novela JuvenilDingin. Sifat dari sosok yang telah berhasil mengisi hati Flora sejak usianya menginjak usia 8 tahun. Sebut saja cinta monyet. Cinta yang pada akhirnya terus berkembang. Tanpa disadari, Flora sudah jatuh terlalu dalam. Pesona seorang Anggara tidak b...