"Ngapain ya?" tanyaku kepada diri sendiri sambil mengigit jempolku.
"Ah! gabut banget lagi. Pasti abang lagi di kampus," lirihku kesal.
Aku menyandarkan bahu di bangku. Memikirkan apa yang di lakukan di hari ini. Dan sepertinya--
Sendirian
Tiba-tiba
Kruuk kruuk
Terdengar perutku yang berbunyi. Ya, saat ini aku sangat lapar. Ditambah kemarin malam aku tak makan. Lalu terlintaslah ide di otakku.
"Em ... Ke taman kota aja kali ya? Biasanya ada banyak yang jualan makanan di sana," lirihku. Kemudian dengan senang aku berdiri dan mengambil tas kecil putih dan mengenggam handphone di tangan kananku.
Aku melangkahkan kaki keluar dari kamar sambil memesan ojek online dari aplikasi. Tak lama kemudian, ojek itu pun datang datang.
Di taman
Sinar matahari mengenai kulitku. Namun angin, membuat udara di sekitarku sejuk. Aku berjalan tak tentu arah. Mengintari taman ini. Jujur, aku tak tau taman ini.
Tak lama kemudian.
Aku menyipitkan mata, untuk melihat lebih jelas. Terlihat deretan toko-toko kecil di ujung sana. Aku tersenyum tipis.
Dengan cepat aku melangkahkan kaki menuju ke sana. Mengingat perut yang tak sabar untuk diisi. Tak lama kemudian aku sampai di sana.
Dan benar, di sana sangat banyak toko yang jual beraneka ragam makanan dan minuman. Dengan gembira, aku mengintari pedagang yang penuh dengan pembeli.
"Makan apa ya?" tanyaku pada diri sendiri dengan mata menatap kesekeliling.
Tiba-tiba mata terhenti pada sebuah toko.Pedagang yang menjual sushi. Aku sangat tertarik untuk membelinya. Akan tetapi aku mengurungkan niat karena melihat antrian yang begitu banyak.
"Ah, gak papa lah. Yang penting bisa makan sushi. Semoga aja stoknya banyak," lirihku dan langsung melangkah mendekatinya.
Akan tetapi setelah semakin mendekat ternyata antrian lebih banyak dari yang ku kira.
"Aduh gimana nih, nanti bisa kehabisan," ujarku khawatir.
Saat aku sedang cemas-cemasnya. Aku melihat sesosok orang yang tak asing berada di baris depan. Kemudian, senyum pun terbit di bibirku.
"Dian!" teriakku tak terlalu keras dari belakang. Ya, awalnya aku mau ke depan, namun karena terlalu banyak pembeli yang merubungi toko.
"Dian!"
"Dian!"
"Woy! Dian!" Panggilku terus menerus.
10 detik kemudian
Aku masih terus memanggilnya, namun Dian seperti tak mendengarnya. Tetapi malah banyak orang yang memperhatikanku.
Namun aku tak memperdulikannya. Yaps, demi sebuah sushi. Malu sih, tapi ya udahlah ya. Aku pun terus memanggil nama yang sebenarnya malas aku sebut.
Namun tak ku sangka, terlihat Dian yang ternyata sudah mengambil pesanannya dan membayarnya. Sudahlah, pupus harapanku.
"Huft," hembusku kesal sambil memegangi leherku karena tenggorokanku yang terasa kering.
"Ah, terserahlah. Males banget kalau ending gini. Udah laper, haus, malu lagi," lirihku sangat kesal.
Detik kemudian aku membalikkan badan. Akan tetapi di saat aku akan melangkah, ada yang memegang bahu kananku. Sontak aku langsung membalikkan badan lagi. Aku terkejut, ketika melihat Dani yang tiba-tiba di depanku.
"Apaan sih! Ngagetin aja!" kesalku mengingat kejadian tadi. Aku menepis tangannya dari bahuku.
Aku melipat kedua tanganku dan mengalihkan pandanganku. Jujur, aku benar-benar kesal dengan yang namanya "Dani"
"Marah nih," godanya. Namun aku tak memperdulikannya.
"Up to you!" ucapku di dalam hati.
"Nih mau nggak?" tawarnya. sontak aku menatap apa yang di tawarkan Dani. Terlihat sebuah sushi yang sudah terbungkus dengan rapi.
"Mau lah, masa enggak?" kataku langsung mengambilnya dan melangkahkan kaki meninggalkan Dani yang mematung.
"Gak punya dosa banget," lirih Dani yang kemudian berjalan cepat menyusul langkahku.
Akhirnya mereka berdua duduk di bangku yang kosong. Dengan posisi hadap-hadapan.
Aku langsung membuka pembungkus sushi itu. Dan memakannya dengan lahap.
"Atas dasar apa kamu ngasih ini ke aku?" tanyaku tetap fokus makan dan tangan kiri memainkan ponsel.
Dian tertawa kecil, dan berkata, "Lo enggak sadar, Tadi teriak-teriak nama gue? Lo pengen gue beliin kan?"
Seketika aku berhenti makan dan menatap Dian dengan sangat kesal. "Jadi kamu denger?" tanyaku mengerutkan kening.
"Sure! Lo kira gue enggak punya telinga?" ujar Dian.
"Astagfirullah! kalau kamu denger kok enggak jawab sih. Lagian tenggorokan ku sampai kering!" ungkapku kesal.
"Terserah gue lah," ucapnya dengan santai.
"Ah tau lah!" kesal ku lalu memainkan hp.
"Enggak di makan nih?" goda Dian, "kalau enggak biar aku mak--" ucapannya berhenti ketika aku langsung memakannya.
"Lumayan kan, gratis," ujarku dalam hati.
"Pinjam hp," kata Dian.
"Buo-buo-bout aopo?" tanyaku dengan mulut penuh makanan.
"Terserah gue lah," ungkapnya.
"Yao, taopio buot--" tiba tiba ucapanku terhenti ketika ...
"Uhuk-Uhuk-Uhuk,"
Ya, aku tersedak.
Tiba-tiba Dian bangkit dan beranjak pergi. Dalam hati aku berkata dengan kesal, "Aduh! Aku lagi kesedak malah di tinggal."
"Gimana nih?" tanyaku dalam hati.
Tiba-tiba Dian di depanku. Dan memberikanku sebuah minum. Aku pun langsung menggambilnya dan meminumnya.
"Huft," hembusku lega.
"Makanya kalau makan itu pelan plus jangan bicara," ujar Dian dengan tawa kecil.
"Terserah aku lah," kataku melanjutkan makan.
Kemudian, hening sebentar. Tak ada pembicaraan di antara kita. Kemudian Dian bertanya, "Lo kesini sendiri?"
"Hm," jawabku singkat sambil makan.
"Lo punya sahabat kan?" tanya Dian lagi. Sontak aku membeku, ketika mendengar kata 'sahabat'. Ya, kalian pasti tau lah ya.
Detik kemudian aku melanjutkan makan tanpa menjawab pertanyaan Dian sebelumnya dengan mata menatap sushi sedih.
"Oke, sekarang lo sahabat gue," ungkap Dian tiba-tiba.
Aku terkejut dan langsung menatap Dian. "Gak!" tolakku.
"Enggak ada penolakan!" kata Dian tegas. Sedangkan aku berfikir---
Ya kalian tau lah. Biasanya sahabatan enggak akan bisa bertahan lama, kecuali benar-benar setia.
"Huft," hembusku pasrah.
"Okedeh,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Buruk
Teen FictionKalian selalu menilai seseorang dari sikap dan sifat orang tersebut. Apabila orang itu mempunyai sifat dan sikap yang baik, bisa dipastikan bahwa dia mempunyai niat yang baik. Apabila orang itu mempunyai sifat dan sikap buruk, bisa dipastikan bahwa...