2 - Diana!

590 86 27
                                    

Ajak teman-teman kalian ya untuk membaca cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ajak teman-teman kalian ya untuk membaca cerita ini. Tinggalkan jejak 🙏

Happy reading, salam dari author.

***

"Kak Disa!"

Dengan cepat, aku menaikan kepalanya dan menghapus air mata di pipinya.

"Kak Disa!" panggil orang itu dengan cemas yang ternyata sudah di sebelahnya.

Aku menatap orang itu. Terlihat, seorang gadis yang mempunyai paras cukup cantik, berpakaian putih abu-abu seperti dirinya. Rambut hitamnya diikat dengan ikat rambut berwarna biru muda. Sepertinya, aku tidak mengenalinya.

"Siapa?" tanyaku sangat malas.

"Saya Lolita," jawab gadis itu dengan cepat.

"Ada apa?" tanyaku malas. Ya, karena biasanya kebanyakan adik kelasnya menghampiriku hanya karena teman cowoknya ingin bertemu denganku. Rasanya sangat malas sekali.

"Itu Kak ... em--"

"Itu apa?" tanyaku semakin malas.

"Itu Kak Disa, em--gimana ya ngomongnya."

"Itu apa sih?" tanyaku mulai kesal.

"Em--jadi itu Kak, em ka--"

"Itu apa sih? Ngomongnya yang jelas dong," kataku kesal, entahlah pikiranku sedang campur aduk.

"Em--itu Kak Disa, ka--"

"Itu apa?" tanyaku yang kesal.

"Itu Kak Disa, di kan-em--di kan-"

"Apa?"

"Itu Kak, anu ... em--"

"Anu apa sih?"

"Kak Diana-" kata perempuan itu sedikit menunduk.

Kedua mataku terbuka sempurna, mendengar kata 'Diana'. Aku kesal karena Dianalah yang dijadikan umpan, walaupun hal itu sudah sering terjadi.

"Diana? Diana kenapa?" tanyaku seolah-olah terkejut, karena Diana sih memang sering dijadikan umpan akhir-akhir ini. Alasannya, karena mereka ingin bertemu denganku. Makin malas bertemu dengan mereka 'kan?.

Kalian tau kenapa aku tidak suka kalau Diana dijadikan umpan? Karena Diana adalah satu-satunya sahabatku yang paling setia, dan aku menganggap Diana seperti keluarganya sendiri.

"Itu Kak Disa, kak Diana ... em--"

"Apa?! Kak Diana kenapa?!" tanyaku malas tapi pura-pura cemas.

"Kak Diana-"

"Apa sih, Dek?! Kalau ngomong jangan dipotong-potong gitu!" kesalku.

"Ya udah kalau enggak mau kasih tau, sekarang kejadiannya di mana?" tanyaku malas.

Sisi Buruk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang