14 - Di tipu!

202 35 19
                                    

"Tapi--"

"Itu," kata Disa menunjuk barang-barangnya yang masih di koper, tas, dll.

"Besok aja deh, biar mbak Sir yang beresin. Udah malam juga," kata Zey kesal karena masih sempatnya Disa bertanya.

"Mbak Sir? siapa itu?" tanya Disa bingung.

"Mbak Sir?" tanya Zey memastikan pertanyaan Disa. Saat ini, dirinya tidak terlalu vokus karena Zey sudah sangat mengantuk.

"Iyalah, Bang!" kata Disa kesal.

"Mbak Sir itu ART di rumah ini," kata Zey malas.

"ART?" tanya Disa pada diri sendiri dengan pelan.

Disa baru tau kalau Zey tinggal di Bandung di bantu oleh seorang ART. Setau Disa, Zey tinggal seorang diri di rumah ini. Masak sendiri, Mencuci baju sendiri, dll.

Bahkan, parahnya lagi! Disa pernah kagum dengan abangnya itu. Tetapi oh tetapi ternyata di bantu oleh seorang ART. Nyesel deh Disa pernah kagum.

Tapi, memang benar sih. Mana mungkin Zey yang rajin kalau urusan pendidikan, tetapi malas dengan pekerjaan rumah, mau melakukan hal-hal itu. Mustahil!

"Idiiih," kata Disa kesal.

"Abang, ternyata bohong nih!" kata Disa kesal.

"Ter--"

"Udah deh, besok aja ngomongnya. Gue udah ngatuk nih!" kata Zey memotong perkataan Disa dan langsung keluar kamar baru Disa.

"Woy, Bang!! adikmu itu belum selesai bicaranya!" teriak Disa kesal.

"Dasar, Abang rese!!" kesal Disa teriak-teriak tidak jelas.

"Huh," ksta Disa menghela nafasnya.

"Sabar-sabar," kata Disa kesal, lalu merebahkan tubuhnya di kasur itu.

Menutup matanya rapat-rapat. Dan terbayanglah muka sahabatnya itu, Diana.

Bau wangi pengharum ruangan dapat tercium di hidung Disa. Tidak ada sedikit pun suara yang  Disa, benar-benar sunyi. Air mata pun kini berjatuhan dengan sangat deras.

Hari ini hari yang menyedihkan, pikir Disa.

°°°

Cuit ... Cuit ... Cuit ...

Bunyi itu membuat Disa bangun dari tidurnya. Suara kicauan burung yang sangat merdu. Iya, burung itu tidak lain adalah Bella dan Daniel.

Walaupun Disa pindah dari Jakarta ke Bandung. Bukan berarti peliharaan kesayangan Disa ia lupakan. Bella dan Daniel sangat penting bagi Disa, apalagi setelah Diana meninggal.

Disa mengubah posisi yang sebelumnya rebahan menjadi duduk. Tiba-tiba cahaya matahari memasuki matanya yang baru saja bangun.

Disa menutupi cahaya itu dengan telapak tangan, agar cahaya matahari itu tidak menyengat di mata Disa.

Srek ... Srek ... Srek ...

Terdengar suatu bunyi seseorang yang sedang melakaukan sesuatu di kamarnya. Dengan cepat Disa mencari sumber suara itu dengan matanya. Iya, Disa masih malas mencarinya dengan berjalan.

Terlihat seorang wanita yang sedang membereskan pakaiannya. Disa hanya bisa melihat dari belakang tubuh wanita itu, karena posisi mereka saling membelakangi.

Sisi Buruk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang