25 - Kejadian di Kelas

152 19 22
                                    

"Tapi--"

"Kalau punya dua sifat yang bertolak belakang kan susah," keluh Disa.

"Udahlah di coba aja dulu," kata Disa kepada dirinya sendiri.

Kring ...

Terdengar bel telah berbunyi. Saatnya seluruh murid SMA SISINA kembali memasuki kelasnya masing-masing untuk mengikuti pembelajaran kembali.

Disa malah terheran sendiri. Cepet banget istirahatnya! padahal belum ada setengah jam!, pikir Disa.

Iya, di sekolah lama Disa jam istirahat memang cukup lama. Tidak secepat di SMA SISINA ini.

Banyak anak-anak XI.IPA.3 berlarian masuk ke kelas. Ada juga yang saling dorong-dorongan. Iya, bisa di simpulkan kalau anak-anak XI.IPA.3 itu anak-anak yang rajin. Ya, sepertinya begitu.

Bruk ... terdengar suara seseorang yang terjatuh ke depan. Disa menatap orang itu, Disa mengenal orang itu.

Iya, itu adalah gadis yang tadinya mengajak Disa ke kantin. Siapa lagi kalau bukan Sena.

"Eh, Sena ... kalau jalan lihat-lihat dong! tuh kan lo jadi jatuh sendiri, biar tau rasa!" kata seorang gadis di belakangnya.

Disa mengerutkan keningnya, sepertinya gadis yang mendorong Sena itu adalah bad girls.

Iya, selain dari sikapnya, penampilannya pun juga terlihat kalau orang itu adalah bad girls. Baju yang ia kenakan sudah kekecilan, rok yang ia pakai juga kependekan.

Disa memperhatikan Sena baik-baik, sepertinya ia hanya diam dan berusaha untuk bangkit.

Tidak lama kemudian Sena pun bangkit dari lantai, ia hanya diam dan tidak menjawab.

Bahkan Sena pun tidak menatap gadis di depannya, ia hanya menatap ke lantai.

Sedangkan, teman-teman yang lain hanya memperhatikan mereka dan menghentikan aktivitasnya.

Mungkin Sena adalah gadis dengan tipe penakut atau mungkin tidak ingin mencari masalah, Entahlah Disa juga belum tau.

"Desi, maaf--" kata Sena perlahan.

Oh, jadi yang bad girls itu namanya Desi! enggak peduli, kata Disa di dalam hati.

"Minta maaf terus!, tapi sifatnya enggak pernah berubah!" kata Desi langsung mendorong Sena.

Hal itu membuat Sena terjatuh ke lantai lagi. Kedua mata Disa terbuka sempurna ketika melihat kejadian itu.

Yang ada di pikiran Disa saat ini  adalah, kenapa Sena hanya diam?. Apa dia benar-benar terima kalau di perlakukan seperti itu?.

"Eh, lo itu punya mulut! bisa jawab enggak?!" kata Desi sedikit membentak.

Disa mendobrak mejanya serta bangkit dari tempat duduknya. Sontak seluruh anak-anak di kelas itu menatap dirinya.

Disa tidak memperdulikannya, ia malah berjalan mendekati Sena dan Desi.

Disa mengulurkan tangan kanannya kepada Sena. Ya, berniat untuk membantunya.

Walaupun Disa masih trauma dengan namanya pertemanan, bukan berarti dirinya tidak punya hati nurani kan?.

Sena menatap Disa heran, Disa mengalihkan pandangannya dengan malas. Lalu menatap Sena kembali dan berkata, "Buruan."

Sisi Buruk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang