18 - Sangat Malu

164 29 7
                                    

"Hallo?"

"Woy, Bang! rese banget sih jadi orang!" geram Disa.

"Ha? apanya?" tanya Zey yang sepertinya tidak paham.

"Kalau udah sampai, buruan masuk! ngapain nunggu di parkiran! aku mintanya tadi nganterin dompetku yang ketinggalan!" geram Disa.

"Orang gue baru aja sampai!" Terdengar suara dari seberang sana.

"Ya udah buruan!" kata Disa kesal.

"Tap--"

"Gue hitung sampai lima! kalau enggak, aku enggak restuin hubungan Abang sama kak Fandy!" ancam Disa.

Iya, sebenarnya Disa hanya bercanda. Mana mungkin Disa tidak merestui, pasti merestuilah. Bahkan sekarang, Disa sudah menganggap Fandy itu kakak kandungnya.

"Woy! lo gi--"

Tuut ... Tuut ... Tuut

Disa mematikan ponselnya dengan kesal. Menatap gerak-gerik mobil Zey dari kejauhan.

"Lima," ucap Disa lirih.

Terlihat sang kakak membuka pintu mobil dengan kasar lalu menutupnya dengan kasar juga.

"Empat," lanjut Disa lirih.

Terlihat sang kakak berlari mendekati minimarket ini.

"Tiga," lanjut Disa lirih.

Terlihat sang kakak masih berlari mendekati minimarket yang ia tuju.

"Dua," lanjut Disa lirih.

Terlihat sang kakak membuka pintu ninimarket ini dengan kasar lalu menutupnya di sertai berlari menuju ke arah Disa.

"Satu," ucap Disa lirih sembari tersenyum.

"Nih," kata seseorang yang tidak lain adalah Zey. Ia memberikan dompet milik Disa.

Dengan cepat Disa menerimanya dengan penuh kemanangan. Sedangkan Zey masih ngos-ngosan. Zey masih berusaha mengatur nafasnya sembari memegang kedua lututnya.

"Gila bener dah, lo ngancemnya gitu-gitu banget," kata Zey yang masih mengatur nafasnya.

"Salah siapa enggak langsung ke sini?!" geram Disa tidak mau kalah.

"Kan gue udah bilang! kalau gue baru sampai!" kata Zey tidak mau kalah.

Disa tidak memperdulikannya, ia membuka dompetnya dengan perlahan. Sedangkan Zey malah kesal sendiri.

"Lo sih aneh banget jadi orang--" lirih Zey menatap kesal Disa

"Udah tau mau ke minimarket, masih aja dompetnya di tinggal di kamar!" kata Zey dengan volume cukup keras. Sampai membuat hampir semua pasang mata menatap mereka.

"Bisa pelan dikit enggak ngomongnya?" geram Disa lirih.

Zey memutar pandangannya dengan malas. Sepertinya, saat ini Zey sedang kesal dengan Disa.

Disa melanjutkan aktivitasnya untuk membuka dompet mini berwarna biru muda itu. Tetapi, Disa menghentikan aktvitasnya lalu menatap orang yang menolongnya.

"Tadi, aku habis berapa?" tanya Disa kepada orang yang entah namanya siapa.

Baru saja orang itu mau membuka suara, tiba-tiba ...

Sisi Buruk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang