21 - Seventeen

169 29 6
                                    

Empat hari telah berlalu, hari ini adalah hari Minggu.

Seharusnya hari ini adalah hari yang bahagia untuk Disa. Iya, hari ini adalah hari ulang tahun Disa.

Hari di mana Disa akan bertambah usia. Yang sebelumnya berusia 16 tahun menjadi 17 tahun.

"Disa di mana?" tanya Fandy kepada Zey.

"Loh, aku kira Disa sama kamu," ucap Zey.

"Enggak kok, Disa enggak sama aku."

"Tapi, kamu udah lihat Disa belum?" tanya Zey.

"Belum," jawab Fandy.

"Aku juga belum," kata Zey pada diri sendiri.

"Oh," kata Fandy dam Zey bersamaan sembari menganggukan kepalanya perlahan.

"Masih tidur," kata Fandy dan Zey bersamaan sembari menganggukan kepalanya peralahan.

Fandy dan Zey sama-sama menggelengkan kepalanya. "Kok bisa ya? udah tau sekarang ulang tahun, tapi malah malas bangun tidur," ucap Zey heran.

"Ya udah, aku bangunin dulu ya?" kata Fandy.

"Iya," kata Zey perlahan.

Fandy langsung berjalan menuju ke kamar Disa. Setelah sampai di depan kamar Disa, Fandy mengetuk pintu kamar Disa.

Tidak ada jawaban dari dalam. Fandy membuka pintu kamar Disa. Untungnya, kamar Disa tidak di kunci.

Fandy melihat Disa sedang tidur. Bahkan bisa di lihat kalau Disa tidur sangat nyenyak.

Fandy menggelengkan kepalanya, melihat Disa. Padahal, saat ini sudah pukul delapan pagi.

Entah kenapa, selama Diana meninggal dan Disa belum masuk ke sekolah barunya. Pasti Disa bangun tidur selalu pagi menjelang siang.

Fandy berjalan menuju ranjang Disa, dan duduk di ranjang itu. "Disa," panggil Fandy sembari menggoyangkan tubuh Disa secara perlahan.

"Hm?" kata Disa setengah sadar.

"Disa, ayo bangun ..." ucap Fandy lembut.

"Lima menit lagi!" kata Disa.

"Enggak ada lima menit lagi," kata Fandy sembari tersenyum.

"Huh," kata Disa kesal ia memendahkan bantal yang tadinya di atas mukanya menjadi di samping kanan Disa.

Disa membuka matanya perlahan-lahan. Ada sinar yang menusuk mata Disa.

Disa pun menutup matanya kembali. Detik berikutnya, Disa membuka matanya perlahan-lahan.

Disa menatap ke sekelilingnya. Terlihat Fandy yang tersenyum ke arahnya.

Disa menatap langit kamarnya. Ia baru saja ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Disa mengubah posisinya, yang sebelumnya berbaring menjadi duduk. Menunggu nyawanya terkumpul sempurna.

"Setelah ini mandi ya, aku tunggu di bawah," ucap Fandy sambil tersenyum.

"Iya," kata Disa tersenyum.

Fandy pun berjalan menuju pintu kamar Disa. Lalu, keluar dari kamar Disa.

Fandy membalikkan badan 180° kebelakang. Menatap Disa sambil tersenyum, Disa pun membalas dengan senyumnya.

Fandy menutup pintu kamar Disa dengan perlahan. Lama-kelamaan pintu kamar Disa tertutup rapat.

Disa menatap ke arah jendela. "Selamat ulang tahun, Disa," kata Disa pada diri sendiri sembari tersenyum.

Sisi Buruk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang