13 - Pindah

219 37 20
                                    

Disa ingin membuka suara. Tiba-tiba ...

Ceklek ...

Pintu kamar Disa terbuka lebar. Disa dan Fandy sama-sama mengalihkan pandangannya ke arah pintu itu.

Terlihat seorang laki-laki berbadan tinggi, yang tidak lain adalah Zeyna Donika Mahasa.

"Abang," ucap Disa lirih.

Zey masuk ke dalam kamar Disa. Ia duduk di samping kiri Fandy. "Fandy, kenapa?" tanya Zey kepada Disa sembari menatap sang adik.

"I-itu Fandy--" ucap Disa dengan gugup.

"Kenapa? memangnya lo apain Fandy?" tanya Zey sedikit kesal.

Disa terdiam, bukannya ia tidak mau menjawab. Tetapi, dirinya hanya bingung harus menjawab apa.

"Enggak kok, ini bukan salah Disa!" ucap Fandy kepada Zey. Memang kenyataannya itu bukan salah Disa. Karena Fandy sendiri yang ingin bercerita.

Jujur, Fandy belum pernah menceritakan kejadian itu ke siapa pun. Bahkan keluarganya juga tidak tau.

Zey memegang bahu Fandy dan mencoba untuk menenangkan Fandy. Fandy merasa semakin lama semakin tenang.

Kejadian itu benar-benar berpengaruh buruk bagi dirinya. Iya, semenjak Esa pergi meninggalkan Fandy. Fandy lebih sering sendiri dan menjadi pendiam.

Tetapi, saat Zey ada di kehidupannya. Itu membuat Fandy kembali seperti semula, walaupun tidak sepenuhnya.

"Gimana, udah selesai beres-beresnya?" tanya Zey untuk menghentikan keheningan dan kecanggungan di antara mereka.

"Be--belum," kata Disa perlahan, karena memang kenyataannya belum selesai.

"Mau gue bantu?" tanya Zey kepada Disa, mengingat Fandy yang masih sedikit menangis.

"Em ... enggak usah deh," tolak Disa cepat.

Disa langsung bangkit dari ranjangnya. Lalu, berjalan mendekati meja belajarnya untuk membereskan barang-barang yang ada di meja itu.

°°°

Pukul empat sore telah tiba. Saatnya Zey, Fandy, dan Disa untuk ke Bandung. Sebenarnya, Disa memang tidak ingin pindah. Tapi, mau enggak mau ia harus tetap pindah bukan?.

Disa memasuki mobil kakaknya dengan malas. Lalu, duduk di samping Fandy. Disa bingung selama perjalanan dia harus berbuat apa. Tidak mungkin juga Disa terus tidur.

Mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang. Jadi, suasana di mobil itu sangat tenang.

Disa menoleh 90° ke kanan. Menatap keluar jendela. Memperhatikan anak-anak yang sedang bermain di taman dekat rumahnya.

Disa sudah lama tidak bermain di taman itu. Apalagi sekarang kan Disa sudah SMA. Biasanya Disa dan Diana hanya bermain di dalam rumah saja.

"Dek!" panggil Zey yang sedang mengemudi.

Disa langsung mengedipkan matanya dua kali, untuk menghilangkan lamunannya. Ia menoleh 90° ke kiri manatap sang kakak. Iya, walaupun terhalang oleh kursi.

Sisi Buruk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang