7 - Tuduhan Palsu

348 59 10
                                    

"Padahal-"

"Papa pernah janji sama Disa, kalau papa akan selalu di sisi Disa sampai kapan pun," kata Disa terus menangis sembil mengingat kejadian saat Rayhan berjanji kepadanya.

°°°

Hari yang melelahkan dan menyebalkan bagi Disa. Tadi saat Disa masih di sekolah, ia sempat mendapat masalah karena tuduhan dari temannya.

Disa heran, kenapa temannya sejahat itu kepada dirinya?. Padahal Disa sendiri juga baik kepada teman-temannya.

Disa melangkahkan kakinya dengan sangat malas. Langkahnya sedikit tersandung-sandung, karena terlalu malas.

Setelah beberapa langkah, Disa sudah berada di ruang tamu. Di ruang tamu itu, ada seorang laki-laki yang mengenakan jas dengan rapi sedang membaca koran dan sesekali meminum kopi dengan santai.

"Papa?" kata Disa bukan menyapa tetapi bertanya.

Iya, itu adalah Rayhan. Rayhan yang mendengar suara anak perempuannya itu langsung tersenyum. Ia meletakkan koran di meja.

"Duduk," kata Rayhan lembut sembari menepuk sofa di sampingnya.

Disa hanya menurut, ia langsung berjalan menuju sofa di dekat Rayhan. Disa tau, pasti dirinya akan di marahi oleh Rayhan.

Disa duduk di sofa dekat dengan Rayhan. "A-ada apa, Pa?" tanya Disa dengan gugup sembari menatap Rayhan.

Rayhan menatap Disa sambil tersenyum, "Disa lihat kunci jawaban saat sebelum ujian?" tanya Rayhan.

Sudah Disa duga, pasti Rayhan membahas persoalan di sekolahnya tadi pagi. Padahal itu hanya tuduhan palsu.

Tadi pagi saat di sekolah ...

Disa melangkahkan kakinya dengan cepat, karena ujian akan dimulai 5 menit lagi. Tadi malam, Disa belajar hingga larut malam. Kini ia pun bangun kesiangan.

Saat Disa sedang melangkah untuk menuju ke kelasnya, tiba-tiba ...

Bruuk ...

Seseorang menabrak dirinya. Hal itu membuat barang yang orang itu bawa terjatuh. Orang itu langsung berjongkok sembari mengumpulkan benda yang mirip dengan tumpukan kertas.

Disa masih mempunyai hati nurani, walaupun orang itu yang menabrak dirinya. Bukan berarti ia tidak mau membantu. Disa ikut berjongkok, ka membantu mengumpulkan kertas-kertas yang telah berserakan.

"Maaf," ucap orang itu.

"I-iya," jawab Disa.

Kini, Disa dan orang itu saling tatap muka. Disa mengenal orang itu. Orang itu adalah salah satu teman sekelasnya yang bernama Fani.

"Itu apa, Fan?" tanya Disa kepada Fani sambil menujuk kertas-kertas yang Fani bawa dan menatap kertas itu.

Iya, sebenarnya jumlahnya tidak terlalu banyak. Tetapi, Disa juga manusia pasti mempunyai rasa ingin tau.

"Oh i-ini i-i-itu a-anu em--" kata Fani yang sepertinya gugup, Fani juga tidak menatap Disa.

"Anu apa?" tanya Disa yang semakin penasaran.

Disa menaikan satu alisnya, ia menatap kertas itu dan muka Fani yang sedang menatap ke bawah. Disa pun mengikuti arah Fani menatap.

"Lagi cari apa?" tanya Disa dengan polosnya.

"Ha?" kata Fani bingung, ia pun langsung menatap heran Disa.

"Kamu lagi cari apa? kok lihatin ke bawah?" kata Disa heran sambil menatap Fani dan lantai yang Fani injak secara bergantian.

Sisi Buruk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang