"Ke rumah lo,"
Dian diam sebentar, tetapi sesekali menatap ke depan. Iya, kan Dian sedang mengemudi mobil.
"Serius?" tanya Dian tidak percaya tetapi kesal.
"Ye enggaklah! ogah banget tidur di rumah lo!" kata Disa kesal.
"Lah terus, lo pulang ke mana? masa lo enggak tau rumah lo sendiri sih," heran Dian.
"Kan gue baru pindah," kata Disa membela dirinya.
"Emang lo aslinya tinggal, di mana?" tanya Dian menaikkan satu alisnya.
"Jakarta," jujur Disa.
"Jauh dong," kata Dian.
Disa tidak menjawab, ia mencoba mengingat-ingat alamat rumah abangnya.
"Di mana ya? gue lupa nama perumahannya," kata Disa lirih.
"Lo tinggal di perumahan?" tanya Dian.
"Hm," jawab Disa singkat.
"Daerah mana?" tanya Dian.
"Enggak tau," jawab Disa seadanya tanpa menatap Dian.
"Terus, ini gimana?" tanya Dian.
"Enggak tau, jalan aja dulu. Sambil gue ingat-ingat nama alamat rumahnya," ujar Disa.
"Berapa lama?" tanya Dian.
"Mana gue tau," jawab Disa, dan lagi-lagi ngegas.
"Huft," kata Dian menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Di mana sih?! masa iya gue lupa!!" kesal Disa pada diri sendiri.
"Emangnya lo tinggal di Bandung udah berapa lama?" tanya Dian karena mengingat Disa tidak tau alamat rumahnya sendiri.
"Kepo!" jawab Disa kesal.
Dian mengalihkan pandangannya dengan kesal. Sepertinya, ia harus ekstra bersabar saat menghadapi gadis di sampingnya itu.
"Di mana ya?"
"Apa sih, namanya?"
"Em--"
"Astaga!! gue bener-bener lupa!!!" kesal Disa pada diri sendiri.
"Rumah lo deket apa gitu?" tanya Dian.
"Kepo!" kata Disa kesal.
"Sabar," ujar Dian mengelus dadanya dengan tangan kanannya.
Lima belas menit kemudian, Disa sama sekali belum mengingat nama perumahannya.
Dian pun bertanya, "Rumah lo, warna apa?"
"Rahasia," jawab Disa cepat.
"Cek, serius dikit kenapa sih?! udah sore nih! nanti yang ada, gue yang kena marah sama bokap dan nyokap Lo," ucap Dian.
"Gue enggak tinggal sama bokap dan nyokap," kata Disa seadanya dan masih berusaha untuk mengingat nama perumahannya.
"Ha?" kejut Dian perlahan.
"Lo tinggal sendirian?" tanya Dian.
"Kepo banget sih lo!" kesal Disa.
"Kan gue tanya," kata Dian tidak mau kalah.
Disa diam, ia terus berusaha mengingat nama perumahannya. Iya, dirinya sudah tidak betah jika ada Dian.
"Eh, lo tinggal sendirian?" tanya Dian mengulangi pertanyaannya.
Disa memutar pandangannya dengan malas. Menatap Dian dengan penuh malas dan kesal.
"Enggaklah! masa gue tinggal sendirian?!" kesal Disa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Buruk
Teen FictionKalian selalu menilai seseorang dari sikap dan sifat orang tersebut. Apabila orang itu mempunyai sifat dan sikap yang baik, bisa dipastikan bahwa dia mempunyai niat yang baik. Apabila orang itu mempunyai sifat dan sikap buruk, bisa dipastikan bahwa...