"Apa?! gue kenapa?!"
Dani menghela nafasnya beberapa saat, mencoba untuk lebih bersabar menghadapi gadis di depannya itu.
Dani menatap Disa dengan tatapan dingin.
"Oke, salah kembaran gue apa?" tanya Dani dengan tatapan dingin.
Disa tertawa kecil, melipat kedua tangannya di dadanya. Disa mengalihkan pandangannya ke arah tidak tentu, lalu menatap Dani lagi.
"Oke, gue kasih tau," ucap Disa perlahan tetapi dapat terdengar jelas di telinga.
"Yang pertama, udah tau di depan Sena banyak orang. Tapi, kenapa Desi malah dorong Sena sampai jatuh terus nyalahin Sena?" ungkap Disa.
"Alasannya karena Sena jalannya enggak lihat? Eh, kalau jalan pasti ya lihat lah. Kalau enggak pasti udah nabrak!"
"Terus, kenapa Desi mentang-mentang anak dari om Dysta, dia jadi seenak jidat ngelakuin apa yang dia mau?!" kata Disa semakin kesal.
"Dan--"
"Gue yakin kalau hampir satu kelas ini enggak berani ngelawan Desi hanya karena papanya itu om Dysta, padahal mereka juga sering di ganggu oleh Desi," kata Disa mencoba untuk sabar.
Dani menghela nafasnya dengan berat, entah ia harus merespon gadis di depannya itu apa.
Dani mengalihkan pandangannya yang sebelumnya menatap Disa menjadi menatap Desi.
"Des," panggil Dani dingin.
"Apa?" tanya Desi juga dingin.
"Kan gue udah bilang, jangan bawa nama papa. Gue juga udah bilang, enggak usah ganggu temen-temen lo--"
"Gue juga udah bilang, jangan cari masalah sama temen-temen lo. Gue juga udah bilang, ganti pakaian lo yang baru--"
"Kenapa lo enggak ngelakuin itu semua?" tanya Dani sedikit kesal.
Disa menaikkan satu alisnya, sepertinya ia salah paham. Karena, Disa kira Dani itu setipe dengan Desi. Ternyata, salah.
"Ni, emang kenapa sih lo ngatur-ngatur gue?" tanya Desi kesal.
"Karena lo itu keluarga gue," jawab Dani kesal.
"Kalau gue enggak ngatur-ngatur lo, nanti sifat sama sikap lo akan buruk banget," ungkap Dani.
Dani mengalihkan pandangannya yang sebelumnya menatap ke arah Desi menjadi menatap Disa.
"Sorry kalau lo merasa terganggu sama sikap dan sifat kembaran gue," ucap Disa.
Sontak semua murid terkejut dengan perkataan Dani, kecuali Dani sendiri. Apa? seorang cowok bernama Dani tidak membela Desi seperti biasanya? woww, pikir murid-murid di kelas itu ataupun yang menonton dari luar.
"Ni, lo kok belain dia sih!" kata Desi kesal menunjuk Disa. Sementara Disa hanya menjadi pendengar yang sangat baik.
"Karena gue udah sering belain lo. Tapi, lo enggak pernah mau berubah," kata Dani kesal.
"Ishh," kesal Desi menghentakkan kakinya kesal.
"Minta maaf sama temen-temen lo sekarang," perintah Dani dengan dingin.
"Minta maaf?" tanya Desi memastikan.
"Kurang jelas gue ngomong?" tanya Dani lirih tetapi dapat terdengar jelas di telinga.
"Enggak! gue enggak mau!" tolak Desi cepat langsung mengalihkan pandangannya.
"Minta maaf sekarang," perintah Dani dengan volume lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Buruk
Teen FictionKalian selalu menilai seseorang dari sikap dan sifat orang tersebut. Apabila orang itu mempunyai sifat dan sikap yang baik, bisa dipastikan bahwa dia mempunyai niat yang baik. Apabila orang itu mempunyai sifat dan sikap buruk, bisa dipastikan bahwa...