🔞 MATURE🔸CONTENT 🔞
"Jadi siapa ayah dari anakku?"
Menikah memanglah hal yang sangat diinginkan oleh sebagian orang, tapi bagajmana jika dalam satu pernikahan kalian harus memiliki dua suami yang salah satunya tetap harus bertanggung jawab tapi ti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku adalah aku, dan aku milik diriku sendiri.
_________⑅♡⊹♡⑅_________
Potongan demi potongan sisa dari memory menyakitkan nan pait begitu saja terlintas dalam ingatannya, Luka yang selama ini dia kira akan tertutup sempurna kini muncul ke permukaan dengan robekan yang mengaga dengan lebarnya. Minji dapat menemukan dirinya yang berusaha sekuat mungkin meneguhkan hatinya, kini hanya bisa diam terpatri dengan sempurna pada keadaannya beberapa menit yang lalu.
Dengan beraninya kedua netranya bersirobok dengan netra lembut nan cantik yang selalu dia puja dulu, netra seorang lelaki yang selalu memporak-porandakan hatinya akan cinta yang begitu besar untuknya dulu.
Ah, mungkin ini terlalu berlebihan. Kenyataannya berbalik bukan?
Mana mungkin ada cinta yang besar dia rasakan pada kedua netra itu tapi disamping semua itu, si pemilik cinta itu jugalah yang menghancurkan hatinya.
Minji sudah tidak bisa menyembunyikan lagi kehancuran yang datang kembali menemui dirinya, setelah ucapan menyakitkan yang dia terima tadi di rumah ditambah dengan kehadirannya tepat di sebelahnya.
Bukan hanya Minji yang merasa dunianya stagnan pada waktu yang bahkan terlihat berjalan semestinya itu, Jimin juga dilanda rasa bersalah yang teramat besar, lebih besar dari semua cinta yang pernah dia janjikan pada wanitanya itu. Ia agaknya memang ditakdirkan kembali dipertemukan oleh luka yang dia buat sendiri pada wanita yang dengan hebatnya menyimpan segenap hatinya hanya untuk pria bodoh seperti dirinya, berharap bisa menyembuhkan untuk tidak lagi melihat wanitanya yang pernah dia cinta menangis hanya karna luka darinya. Tapi yang didapatkan hanyalah wanitanya yang kembali terluka karna hadirnya.
"Maaf sudah mengacaukan harimu karna kehadiranku."
Entah kenapa untuk mencaci saja sulit untuk Minji, lelaki ini... Lelaki yang sudah menyakitinya, juga pernah membuatnya mengerti arti cinta. Maka saat itu juga tangan Minji bergerak, menghapus jejak air mata yang tadi tidak sengaja jatuh begitu saja.
"Hari ini memang sudah kacau dan buruk, tidak perlu meminta maaf. Lihat saja, cuaca hari ini saja memang sudah buruk bukan?" Minji mengatakan semua itu cukup baik, walaupun entah kenapa sisi lemahnya terus-menerus meneror dirinya. Air mata di pelupuk matanya seakan ingin terus menerus tumpah. Dia mencoba menarik nafas perlahan guna menormalkan seluruh sistem pertahanannya. Tenggorokannya seperti tercekat hebat, sesuatu mengganjal kerongkongannya hingga menyisakan pedih yang terasa saat dia kembali menelan ludahnya. "Terimakasih untuk jasmu, tapi..."
"Kumohon terimalah, anggap saja aku ini orang asing yang tidak sengaja memberi pertolongan. Aku hanya ingin kau tidak sakit di tengah udara dingin dan hujan yang deras ini. Percayalah, aku tidak memiliki maksud apapun."