XXXVIII. Mental Illness

1K 136 55
                                    

Jungkook hanya bisa diam menunggu di ujung lorong, menggelengkan kepalanya gemas saat melihat binar di wajah Minji yang kini tengah sibuk meraup berbagai jenis makanan ringan yang ada di rak-rak yang sudah tersusun rapih di dalam supermarket besar...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook hanya bisa diam menunggu di ujung lorong, menggelengkan kepalanya gemas saat melihat binar di wajah Minji yang kini tengah sibuk meraup berbagai jenis makanan ringan yang ada di rak-rak yang sudah tersusun rapih di dalam supermarket besar di jantung kota Seoul.

Hatinya terasa menghangat dan tenang tiba-tiba saja, tepat disaat dia bisa kembali melihat senyum di wajah Minji yang belakangan ini sering sekali hilang. Dia tau jelas apa yang mengganggu Noonanya, Minji mungkin merindukan Taehyung.

Karna Jungkook tau, mereka sudah saling menyimpan rasa. Dan tidak akan mungkin bisa menyangkal akan rasa rindu yang menumpuk walaupun kecewa masih setia disimpan.

Minji datang, mendorong keranjang dengan berbagai jenis makanan ringan pun keperluan mereka yang tadi sudah terlebih dahulu Jungkook isi sebelum Minji menariknya menuju ke rak makanan ringan. Mengantri di urutan kedua dari wanita yang sedang menggendong buah hatinya. Anak perempuan dengan dua kuncir berwarna merah muda di sisi kanan dan kirinya, tersenyum pada seseorang yang berdiri tidak jauh dari meja kasir.

Jungkook sebenarnya dari tadi mengajak ngobrol Minji, tapi entah kenapa perhatian Minji sepenuhnya pada gadis kecil itu, yang kini sudah berlari kecil saat turun dari gendongan sang ibu menuju ayahnya yang sudah berjongkok menyamakan tinggi dengan buah hatinya itu.

Anak itu kira-kira berumur tiga tahun. Dia melepas pelukannya di leher ayahnya, mengecup pipi ayahnya yang tersenyum menampilkan deretan giginya. Terlihat sangat bahagia dan membuat Minji kini mengalihkan tatapannya pada perut besarnya. Mengusap dengan lembut dari atas sampai inii ke bawah secara berulang. Merasa dihantam oleh pedih yang langsung masuk ke dalam hatinya, mengingat kini dia dan suaminya telah memutuskan untuk menjaga jarak.

"Noona? Barangnya akan segera dihitung, bantu aku."

Minji sedikit terkesiap, menggelengkan kepalanya perlahan guna mengembalikan kesadarannya karna nyatanya dia seperti masih tenggelam dalam dukanya.

"Kau berhutang cerita padaku Noona. Aku menunggu."

・・・◉◉・・・

"Kelinci bodoh, aku sudah bilang untuk hati-hati. Kalau sudah begini aku juga yang repot! Kau lihat, perutku sudah semakin membesar, dan sekarang aku justru seperti sedang mengurus bayi yang bahkan belum aku lahiran."

Jungkook hanya bisa mencebik kesal mendengar omelan Minji yang membuatnya pengang bukan main, wanita itu sudah mengomel sejak insiden memalukan sekaligus menyakitkan Jungkook di parkiran mall. Dia jatuh tersungkur di depan muda mudi yang tengah bergandeng mesra dengan pasangannya maupun yang berjalan berdampingan sambil tertawa riang. Sepertinya mereka baru pulang sekolah atau les. Terlihat jelas memegang beberapa tas tempat map yang mereka jinjing.

Ada kulit pisang yang tidak Jungkook lihat saat sedang menerima telfon dari seseorang yang selalu menghantuinya dengan ancaman. Jungkook tidak seteledor tadi, tapi sungguh, masalah ini selalu berhasil membuat dirinya pusing bukan main. Rasanya kepalanya seakan-akan sedang ditumpangi oleh seekor gajah.

OH MY DADDY [M] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang