XVI. Tears

1.2K 142 40
                                    

Maafin kaleman ya, aku baru sempet revisi nih. Biasa udah punya buntut mah kalo mau pegang hp harus nunggu dia tidur heheh...

Oh iya aku lagi mood nih, kalo tembus 20 vote nanti bakalan aku double update deh. Tapi jangan berharap cepet ya, aku kan harus nulis sama revisi dulu hehehe.

Hari ketiga, hari yang seharusnya dipenuhi dengan kegembiraan menyambut bertambahnya usia Minji, kini berbalik jauh dari apa yang sudah dia bayangkan sejak awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ketiga, hari yang seharusnya dipenuhi dengan kegembiraan menyambut bertambahnya usia Minji, kini berbalik jauh dari apa yang sudah dia bayangkan sejak awal. Rentetan masalah datang dengan apik menyambut harinya. Bahkan sekarang perdebatan demi perdebatan di kamar tepat dimana Taehyung beristirahat dengan Yeri terdengar sampai ke ruang tengah bahkan hampir memenuhi seisi ruangan suaranya.

Minji sampai harus menutup telinganya akibat segala bentuk cercaan dan makian dari Yeri mengalun dengan hebatnya pada sang pujaan, Taehyung. Teriakan bahkan suara barang yang terjatuh mengiringi malamnya. Malam dimana usianya kini bertambah.

Jungkook ada di daun pintu, hanya diam. Tidak melakukan apapun selain bersandar sambil memperhatikan Minji yang dirundung frustasi ditambah rasa tak nyaman katna suara dikamar sebelah.

Tadinya mau mendekat, tapi Minji bilang untuk tetap di tempat. Jadi menurut saja.

Padahal sebelumnya Jungkook sudah memberi cupcake dengan satu lilin di atasnya, cupcake strawberry kesukaan Minji. Biasanya Minji akan langsung luluh dengan camilan yang biasanya Jungkook beri. Tapi tidak untuk malam ini.

"Berhenti meruntuki nasib sendiri dan berharap segalanya hilang hanya dengan kau diam Noona. Semua harus segera diselesaikan, tidak baik terus menerus dibiarkan begini. Menjauhi Yoongi Hyung saja kupikir itu adalah kesalahan besar kita, sekarang apalagi kau hanya mau memikirkan jalan keluarnya sendiri." Jungkook menghembuskan nafasnya ketika Minji justru membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya seolah tidak perduli dengan segala ucapan yang keluar dari dua belah bibir Jungkook. "lihatlah dirimu, kau bahkan masih belum bisa membebaskan semua ego besarmu itu, dan kau memintaku untuk membiarkanmu mengurus anak di dalam rahimmu, sendirian? Bagaimana bisa nanti anakmu terus menerus kau beri asupan ego tinggimu yang selalu kau pelihara itu!"

"Jung berhenti mengomel"

"Noona juga berhenti berfikiran konyol."

Minji mengambil bantal di sebelah dia berbaring, menaruhnya di atas wajahnya untuk tidak lagi melihat presensi Jungkook bahkan suara darinya yang bahkan membuatnya semakin merasa bersalah. Ditambah dengan suara menakutkan dari kamar sebelah, lebih tepatnya menjengkelkan.

"Apa Noona berusaha untuk bunuh diri di bawah bantal itu?"

Tangan Minji menghentak kencang di sisi-sisi kasur, dengan kakinya yang menendang udara karna Jungkook tidak mau berhenti mengucap. "diam Jung."

"Tadinya aku mau membantu Noona."

"Untuk?" Minji melepas bekapan bantal di wajahnya, menoleh malas ke arah Jungkook yang masih pada posisi semula. Sedang memainkan kuku jarinya seakan-akan memperlihatkan betapa santainya dia dan menariknya tawaran yang sedang dia berikan.

OH MY DADDY [M] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang