Our Home

401 63 27
                                    

"Tan!"

"JEON NATHAN!"

Dari tepi tribun penonton, seorang Jungkook tampak berdiri seraya melayangkan senyum saat anak berusia enam tahun yang tengah berdiri di tengah lapangan sepak bola itu menoleh padanya.

"Itu ayahnya Nathan."

"Astaga tampan sekali. Pantas Nathan wajahnya tak jauh beda."

"Lihat penampilannya. Seragam pilot itu pas sekali di badannya."

Jungkook hanya tertawa kecil mendengar bisik-bisik para ibu di belakangnya. Pun ia tampaknya tak terlalu merasa terganggu oleh tatapan orang-orang yang tengah memandangnya.

Sembari menatap putera kesayangannya, lelaki itu terlihat meletakkan telapak tangannya di dada dan menarik napas perlahan lantas menghembuskannya pelan--memberi contoh agar anaknya mengikuti apa yang ia lakukan. Hal seperti ini biasa dilakukan olehnya setiap kali puteranya akan tampil di depan banyak orang.

"Atur napasmu," ucapnya kemudian dengan gerakan bibir yang berusaha ditekankan dengan jelas, mengingat puteranya itu pasti tak dapat lagi mendengar suaranya akibat suara stadion yang sudah terlalu riuh.

"Berdoa," sambung Jungkook lagi seraya menepuk-nepuk kecil dadanya sendiri.

Nathan, anak lelaki dengan paras yang nyaris sepenuhnya mirip Jungkook itu mengangguk patuh mengikuti semua isyarat ayahnya. Ia kemudian terlihat mengacungkan jempolnya pada Jungkook sebelum berlari menuju ke tengah lapangan. Dengan tubuh yang sedikit lebih tinggi dibanding kawan-kawannya, serta ikat kepala berwarna merah penanda kapten yang ia kenakan, membuat seorang Jeon Nathan jelas dapat dikenali dengan mudah.

"Sudah mulai?"

Jungkook tampak sedikit terkejut manakala seorang wanita tiba-tiba hadir di sebelahnya dengan tergopoh. Ia pun segera menuntun wanita itu untuk mengambil tempat duduk di bagian depan.

Lelaki itu tampak tersenyum lembut seraya menatap lekat sosok di sebelahnya. Jemarinya kemudian bergerak merapikan anak rambut wanita itu.

"Maaf ya aku terlambat. Operasiku selesai lebih lama." Wanita itu menatap Jungkook dengan mimik bersalah.

"Tapi semua aman?" tanya Jungkook penuh simpati dan atensi.

Wanita itu mengangguk, dengan bias kelelahan yang tercetak jelas di wajahnya. "Pasienku sudah dipindahkan ke ruang perawatan."

"Capek ya?" Jungkook menggerakkan tangannya di belakang dan melingkarkan tangannya di pinggang wanita itu.

Kalau kepada seorang Jeon Eunmi mana bisa ia marah. Bahkan sekalipun hari ini Jungkook dibuat pusing karena harus mengurus Nathan seorang diri sedari pagi.

Eunmi tersenyum lebar. "Menerbangkan burung besi setiap hari sepertinya lebih capek."

Jungkook tertawa kecil seraya mengecup singkat pipi sang istri.

"Tahu tidak Tan minta apa kalau timnya menang?" tanya lelaki itu kemudian.

Eunmi tertawa kecil seraya menggeleng. Ia menatap gemas pada suaminya yang bahkan sudah mengenakan pakaian dinas pilotnya itu. "Memang dia minta apa?"

Jungkook mendekatkan kepalanya ke telinga Eunmi. "Masa dia minta adik."

"Terus kau jawab apa?" Eunmi nyaris saja terbahak mendengarnya. Yah, walaupun sebenarnya dia sudah tidak terlalu kaget. Usia Nathan kini sudah enam tahun, dan ia semakin sering mengeluh kalau harus ditinggal sendirian bekerja olehnya dan Jungkook. Puteranya itu mulai merasa kesepian akhir-akhir ini.

The Reason (30 Days Project) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang