Mimpi itu terasa begitu nyata.
Untuk beberapa saat rasanya tubuhku dibawa terbang begitu jauh meninggalkan bumi, melesat tinggi hingga merasakan halusnya awan. Tanpa beban, tanpa tangis, begitu ringan, hingga aku tak ingin kembali lagi.
Sampai satu sosok yang begitu kurindukan tiba-tiba saja muncul.
Ia memelukku sejenak seraya mengucapkan satu kalimat padaku.
"Percayalah Eun Mi, aku selalu bersamamu. Sahabat untuk selamanya."
Aku tak tahu nyata atau tidak. Jelasnya aku ingin seperti ini saja seterusnya. Bersamanya.
Bersama Min Hana.
Sayangnya sebelum aku sempat membalas rasa rindu ini, tubuhku lagi-lagi dihempaskan dengan begitu kuat.
Begitu cepat hingga dalam beberapa detik kemudian tubuhku seperti tersengat listrik bertegangan tinggi. Rasanya seluruh pembuluhku berdenyut begitu keras, seakan menarikku paksa untuk tersadar bahwa segalanya hanyalah mimpi.
DEG!
Satu kali. Tegangan itu perlahan menggetarkan separuh tubuhku.
DEG!
Dua kali. Tegangan itu mulai menggetarkan seluruh saraf di kepalaku.
DEG!
Tiga kali. Tegangan itu seperti tepat menghantam keras jantungku.
Dan detik itu juga kedua kelopak mataku terbuka dengan begitu cepat. Disusul oleh paru-paruku yang seakan dipaksa meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
Aku ingin berteriak keras. Namun sesuatu menghalangi hidung dan mulutku.
"Sudah stabil, Dok." Suara seorang wanita lantas menyelingi.
"Tolong panggil adikku di luar."
Aku menatap sosok laki-laki yang kini berdiri di sebelahku. Tampak menantiku hingga aku benar-benar membuka kedua mataku.
Kemudian perlahan-lahan aku mulai mendengar suara mesin di sebelahku. Bunyinya kurasa seirama dengan denyut jantungku. Disusul sentuhan lembut di telapak tanganku.
"Selamat malam, Jo Eun Mi," sapanya dengan suara yang begitu menenangkan.
Lantas akhirnya aku tersadar bahwa aku tengah terbaring saat ini di sebuah tempat tidur.
"Bernapas pelan-pelan ya," ucapnya seraya menempelkan stetoskop di dadaku. Benda itu entah mengapa terasa begitu dingin di kulitku.
Aku akhirnya berusaha mengangguk--menuruti perkataannya.
Sejemang kemudian--atau kurasa beberapa menit setelahnya akhirnya aku baru menyadari bahwa sosok berjas dokter itu adalah Kak Seokjin.
"Eun Mi sudah bisa mengingatku?" tanyanya begitu lembut.
Aku mengangguk lemah.
"Kau sedang di rumah sakit sekarang," ucapnya lagi, tampaknya karena melihatku masih kebingungan. "Ayah dan ibumu sedang perjalanan kemari."
Aku kembali mengangguk. Sungguh, aku seakan tak mampu memikirkan banyak hal saat ini.
Aku sangat butuh waktu untuk memahami apa yang tengah menimpaku.
Mengapa aku sampai terkulai disini?
Apa kondisiku separah itu?
"Kak."
"Tenanglah. Masa kritisnya sudah lewat."
Aku lantas beralih pada sosok yang masuk ke dalam ruangan ini dengan wajah pucat pasi dan gerakan terburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason (30 Days Project)
Avventura30 hari menjelang hari kelulusan, Jo Eun Mi harus mengakhiri hubungannya dengan si keras kepala Jeon Jungkook. Sayangnya mengakhiri hubungan palsu mereka ternyata tak semudah mematahkan sebatang lidi. Namun tak disangka putusnya ia dengan Jungkook j...