Kedatanganku ke sekolah hari ini adalah untuk mengurus berkas-berkas beasiswaku dan membawa pulang barang-barangku yang masih tersisa di loker. Sekaligus aku ingin menemui anak-anak Cheers di Sekret--karena entah kapan lagi aku bisa menemui mereka setelah ini.
Aku sudah tiba sejak dua puluh menit yang lalu. Namun hingga kini aku justru berdiam diri di balik setir roda empat yang kunaiki. Duduk bersandar di kaca jendela mobil, kini aku hanya menatap kosong pada murid-murid yang berlalu lalang di parkiran.
Dulu aku heran mengapa teman-temanku sampai ingin mati hanya karena patah hati.
Dan akhirnya kini aku tahu, bahwa patah hati, putus cinta, berakhirnya sebuah hubungan--atau apapun namanya itu, adalah masalah yang sangat serius.
Karena nyatanya semalaman menangis sama sekali tak membuat perasaanku lega. Justru sebaliknya, aku semakin merasa kacau. Rasanya ingin melompat saja ke laut, atau bersembunyi di pusat bumi sekalian.
Sungguh aku baru tahu bahwa masalah percintaan bisa melumpuhkan sebagian fungsi saraf dan tubuhku.
Bahkan semalaman penuh aku tak dapat tertidur. Menghabiskan waktu hanya untuk berpikir.
Apakah harusnya aku menahan Jungkook?
Apakah ia benar-benar mengakhiri ini begitu saja?
Apakah aku harus memintanya kembali?
Sayangnya semakin kupikirkan, semakin aku tersadar bahwa kesalahan terbesarku adalah karena aku terlalu egois untuk mengakui perasaanku.
Aku menarik napas cukup panjang lantas menghembuskannya dengan harapan agar rasa sakitku turut menguap walau sedikit saja.
Kemudian aku menyisir rambut panjangku dengan jemari, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengikatnya.
Perlahan, kuusap wajahku dengan tissue. Untung-untung mataku yang bengkak karena menangis tidak terlalu terlihat.
Baiklah, mau tak mau hidup harus tetap berlanjut bukan?
Aku menatap map bening berisi beberapa berkas yang kuperlukan. Hari ini adalah batas terakhir registrasi yang dilakukan melalui pihak sekolah. Jika aku benar-benar menyetujui beasiswa ini, maka besok mau tak mau aku harus meninggalkan Korea.
Ini menyakitkan. Sangat.
Cambridge adalah mimpiku sejak dulu. Terlebih langkahku untuk mencari kakakku lebih mudah bila berkuliah disana.
Tapi sekarang saat semua telah ada di depan mata, segalanya jadi terasa sia-sia.
Perlahan akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka pintu mobil. Kurapatkan coat biru navy yang kukenakan, lantas melangkah menuju gedung sekolah.
Entah berapa kali sudah aku berusaha merilekskan pikiranku. Sayangnya sesak tetap menggantung di tubuhku. Nyeri ini seakan susah sekali diobati.
"Hai Eun!"
Aku berusaha tersenyum lebar saat mendapati Hanbin di koridor, berjalan menghampiriku.
Hari ini adalah hari dimana ujian masuk perguruan tinggi diadakan, sehingga semua murid yang baru lulus diwajibkan untuk datang.
"Wah, mahasiswa Cambridge masih mau ikut ujian masuk universitas lagi?" gurau Hanbin seraya menyamai langkahku.
"Hust!" Aku langsung menempelkan telunjukku di bibir. "Jangan ribut ih."
"Astaga satu sekolah juga sudah tahu, Eun." Hanbin menggeleng-gelengkan kepala lantas terkikik. "Profilmu pagi ini dipajang di website sekolah kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason (30 Days Project)
Adventure30 hari menjelang hari kelulusan, Jo Eun Mi harus mengakhiri hubungannya dengan si keras kepala Jeon Jungkook. Sayangnya mengakhiri hubungan palsu mereka ternyata tak semudah mematahkan sebatang lidi. Namun tak disangka putusnya ia dengan Jungkook j...