Day 14

533 126 38
                                    

Mungkin hari Mingguku kali ini akan berbeda dari biasanya.

Hari ini aku tidak berada di rumah, tidak sedang mengerjakan latihan soal, pun tidak sedang membantu Ibu membuat pancake kentang kesukaanku.

Berbohong pada Ayah dan Ibu lantas malah berada di daerah Gangnam tentunya bukanlah keinginanku.

Jika saja aku tak memiliki urusan penting, mungkin seumur hidupku aku bersumpah tak akan menginjakkan kaki di tempat ini.

Sayangnya, aku juga tak memiliki pilihan lain selain mempertaruhkan diriku sendiri sekarang.

Aku menatap tampilanku di cermin kecil yang tergantung di mobil. Aku baru saja mengganti pakaianku dengan setelan ripped jeans dan crop T-Shirt putih, yang selanjutnya kulapisi dengan jaket kulit berwarna hitam.

Kemudian kembali kurapikan rambutku yang malam ini sengaja kuurai. Setelahnya kububuhkan sedikit lip tint di bibirku. Lantas kukenakan kaca mata hitam sebagai pelengkap terakhir.

Oh Tuhan, apa yang kukenakan rasanya membuatku menjelma jadi gadis nakal.

Aku kemudian menatap bangunan berlantai delapan yang kini terpampang di hadapanku.

Oliver Gold jelas tak pernah tercatat sebagai salah satu destinasi dalam hidupku. Bahkan terlintas di bayanganku pun tidak.

Kau bisa, Eun Mi. Batinku seraya keluar dari dalam mobil.

Bersama tekad yang bulat, aku pun melangkah menuju pintu masuk Oliver Gold. Rasanya menakutkan, namun satu-satunya pilihanku kini hanyalah menegakkan daguku--memasang tampang elegan seperti layaknya gadis-gadis yang berlalu lalang di tempat ini.

"Nona Jo Eun Mi?"

"Ya."

"Silahkan masuk, Tuan Taeyong sudah menelepon kami tadi."

Aku sedikit speechless saat security mengecek member card yang kubawa. Lebih tepatnya tak menyangka jika Taeyong melakukan hal tersebut.

Aku memang mengabari Taeyong sore ini soal rencanaku kemari. Tapi tak kusangka ia malah mempermudahku seperti ini.

Akhirnya kakiku perlahan masuk ke dalam. Salah satu pelayan mengantarku menuju meja bartender.

"Anda menunggu seseorang? Atau mungkin ada yang bisa saya bantu lagi?" tanyanya setelah aku mendudukkan diri di salah satu kursi yang mengelilingi meja bartender.

Aku menatap sekitar, dimana orang-orang tengah sibuk dengan kegiatan mereka di meja masing-masing ; seperti bersenda gurau, berkencan, hingga perjudian di sebuah meja panjang.

"Arena dansa di lantai 2, restaurant di lantai 3, swimming pool di lantai 4, lalu rest area dan hotel kami di lantai 5 hingga 8. Mungkin Nona mau salah satunya?"

Aku menatap lagi pelayan yang kembali bersuara. Tampaknya ia dengan mudah menebak diriku yang baru pertama kali datang kemari.

Aku tersenyum. "Aku kemari untuk menemui sahabatku. Kami sudah janjian, tapi kurasa ponselnya mati."

"Kawan Anda atas nama siapa, Nona?"

Aku terdiam beberapa saat, sedikit ragu.

"Min Yoongi," gumamku. "Biasa orang memanggilnya Suga."

Pelayan pria di hadapanku mengangguk kemudian tampak mengecek tablet di tangannya dengan cekatan selama beberapa menit.

"Teman Anda reservasi di lantai dua, Nona. Mau saya antar kesana?"

The Reason (30 Days Project) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang