Aku dan Jungkook tiba di sekolah saat waktu sudah menunjukan hampir pukul delapan pagi. Jika Jungkook tidak melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas 80 km mungkin kami benar-benar terlambat mengikuti ujian simulasi pagi ini.
Ada tiga alasan mengapa kami bisa sampai terlambat sekali pagi ini.
Pertama, aku dan Jungkook baru kembali di rumah Hana sekitar pukul sebelas malam. Untungnya saja ayah dan ibuku sekali lagi tak begitu mempermasalahkan. Pasalnya sejak dulu aku dan Jungkook memang sering menghabiskan waktu semalaman untuk mengerjakan tugas bersama.
Kedua, aku dan Jungkook berusaha keras semalaman untuk mengembalikan isi ponsel Hana yang sudah lama dimatikan. Dan untung saja aku mengetahui dan masih ingat password dari email Hana.
Ketiga, karena semalam menginap di rumahku, otomatis pagi ini aku harus menemani Jungkook kembali ke rumahnya dulu untuk mandi dan mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah.
Aku merasa sedikit lagi akan berubah menjadi zombie. Sedikit heran dengan Jungkook yang masih terlihat baik-baik saja meski tidak tidur semalaman.
Terlebih saat ini pikiranku benar-benar bercabang. Antara memikirkan simulasi ujian, dan memikirkan ucapan ibu Hana semalam masih terngiang di kepalaku.
"Kemarin Jimin datang kemari, ia juga meminta ponsel Hana, tapi tidak kuberikan. Aku mengatakan kalau benda itu sudah kubuang."
Beruntung ibu Hana tidak percaya begitu saja dengan omongan Jimin. Sungguh, aku bersyukur sekali karena ibu Hana masih lebih mempercayaiku dibanding Jimin.
Entah, aku tak dapat membayangkan bagaimana reaksi ibu Hana saat tahu bahwa Jimin adalah penyebab kematian puterinya.
Ponsel Hana adalah bukti yang sangat penting--entah kenapa aku sangat yakin. Terlebih di ponsel Hana aku menemukan ada beberapa video rekaman yang direkam sendiri olehnya. Sebenarnya hal itu bukan sesuatu yang terlalu mengherankan bagiku, karena Hana memang memiliki hobi menyanyi dan gadis itu sering merekam dirinya sendiri saat meng-cover sebuah lagu.
Aku belum melihat seluruh video, namun sungguh tak bisa membayangkan jika benda ini sampai jatuh ke tangan Jimin. Entah apa yang akan terjadi.
Bel masuk berbunyi tepat saat aku dan Jungkook menginjakkan kaki di depan kelas. Aku begitu lega karena guru pengawas simulasi ujian hari ini belum tiba.
Sayangnya rasa legaku seketika lenyap dan moodku langsung hancur saat mendapati Jennie sudah duduk manis di bangkuku yang berada di barisan terdepan.
"Kenapa kau disini? Ini tempatku," ucapku tanpa basa basi.
"Anak ini masih pagi sudah cari gara-gara saja." Hanbin yang juga baru tiba di kelas tampak meletakkan tasnya dengan kesal. "Kembali ke tempatmu, Jen. Kelas sudah mau dimulai."
Jennie menatapku tanpa rasa bersalah. "Kau bisa duduk di tempatku. Pas kan bisa sebangku lagi dengan Jungkook."
Aku menatap gadis ini dengan rasa kesal yang teramat sangat. Tidak tahukah dia arti dari menghargai orang lain?
Ini bukan masalah dengan siapa aku duduk, bahkan duduk sendiri pun aku tak keberatan. Masalahnya adalah, bangku dan posisi duduk saat ujian adalah hal penting bagiku.
"Kau keterlaluan, Jen," ucapku sinis.
"Sudah, kita duduk di belakang saja." Jungkook yang baru masuk--karena mengambil buku di loker lebih dulu--segera menggamit lenganku sebelum aku dan Jennie benar-benar terlibat perkelahian.
"Dan Jen." Sebelum melangkah, Jungkook menatap ke arah Jennie diiringi senyum kecut. "Terima kasih, sudah membuatku sebangku lagi dengan pacarku."
Jennie terlihat mengatupkan bibir rapat-rapat dan menatap Jungkook dengan wajah masam.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason (30 Days Project)
Aventura30 hari menjelang hari kelulusan, Jo Eun Mi harus mengakhiri hubungannya dengan si keras kepala Jeon Jungkook. Sayangnya mengakhiri hubungan palsu mereka ternyata tak semudah mematahkan sebatang lidi. Namun tak disangka putusnya ia dengan Jungkook j...