Day 1

698 115 20
                                    

Aku menyentuh kepalaku yang rasanya seperti baru saja dihantam batu karang. Sekujur tubuhku terasa nyeri, seolah seratus orang baru saja menghajarku.

Fakta yang selanjutnya menyerangku adalah perkataan Ibu bahwa katanya Jungkook membawaku pulang dalam keadaan tak sadarkan diri.

Mengerikannya lagi Ibu mengatakan bahwa Jungkook tak kembali ke sekolah dan malah menungguiku di rumah hingga pukul lima sore. Serius, aku mendadak ingin menenggelamkan diri di  dasar samudra.

"Tadi Jungkook tidak mau pulang. Ibu kasihan sekali melihatnya. Untung dia menurut saat ayahmu yang meminta," tukas Ibu sembari menuang air putih dan menyodorkan padaku.

Aku meneguknya hingga tandas lantas kembali berbaring. Semakin pening saja kepalaku mendengar perkataan Ibu.

"Makan dulu ya?" tawar Ibu sembari memeriksa suhu tubuhku.

Aku menggeleng lemah. Lantas kutatap Ibu dengan wajah sendu.

"Kau kenapa sayang?" tanya Ibu lembut.

Aku menghela napas panjang. "Bu, menurut Ibu Jungkook itu orang yang seperti apa?" tanyaku pelan.

Ibu tampak heran beberapa saat. Sebelum akhirnya ia memijat perlahan pangkal betisku dan mengoleskan minyak aroma terapi di telapak kakiku.

"Dia anak yang baik. Yah, walaupun penampilannya terlihat seperti bad boy," ujar Ibu. Ia lantas menyelingi dengan tawa ringan. "Buktinya dia bisa menaklukkan hati ayahmu."

Aku kembali menghela napas mendengar ucapan Ibu.

"Jadi, jika aku putus dengan Jungkook, apa Ayah dan Ibu akan sedih?" tanyaku kemudian.

Ibu agaknya sedikit terkejut mendengarnya. Namun kemudian ia justru tersenyum. Lantas mengambil sapu tangan kecil yang digunakan untuk mengompres dahiku.

"Ibu dan Ayah percaya padamu, Eun Mi. Ibu yakin kau tahu apa yang terbaik untukmu. Kau sudah besar sayang."

Aku menatap Ibu yang beranjak dari tempat tidur. Jelas Ibu pasti menangkap kesedihan yang sedang kurasakan. Namun seperti biasa, ibuku tak akan menuntutku untuk bercerita lebih lanjut dan lebih memilih menanti saat dimana aku bercerita sendiri.

"Pesan Ibu, segala sesuatu dan keputusan yang kau ambil harus dipikirkan matang-matang," lanjut Ibu lagi.

Aku mengangguk lemah. "Terima kasih Bu," tukasku dengan suara serak.

"Kalau begitu istirahatlah. Ibu bangunkan sejam lagi untuk makan malam." Ibu tersenyum sebelum akhirnya keluar dan menutup pintu kamarku.

*

*

*

Keesokan paginya aku baru mengecek ponselku. Beruntung pagi ini tubuhku sudah terasa jauh lebih baik, yah setidaknya aku tak perlu izin untuk tidak masuk sekolah. Karena berada di rumah sudah pasti hanya akan membuatku semakin merasa kacau.

Aku mendapati ada banyak pesan yang masuk ke akun WhatsApp-ku.

Namun satu-satunya yang menarik perhatianku tentu saja adalah pesan dari Jungkook.

Aku tak tahu harus bahagia atau justru bersedih menanggapinya. Jelasnya perasaanku jadi kembali tak karuan.

Aku menarik napas sepanjang-panjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menarik napas sepanjang-panjangnya. Entah kenapa ada rasa perih yang menjalar di dadaku. Tapi bukannya aku sudah siap dengan semua ini?

Kenapa sekarang aku jadi merasa kehilangan?

Aku menyentuh dadaku yang mulai terasa sesak. Rasa sakit itu semakin menjadi manakala aku mengirimkan pesan balasan untuknya.

Aku tahu Jungkook mungkin tak akan pernah lagi membaca pesan ini, bahkan membalasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tahu Jungkook mungkin tak akan pernah lagi membaca pesan ini, bahkan membalasnya. Tanda ceklis satu itu seolah menjadi pertanda bahwa aku tak lagi menjadi prioritasnya.

Ini sangat aneh. Kemarin aku begitu bersemangat. Aku begitu antusias karena masa-masa berat ini sudah akan berakhir.

Lalu apa yang terjadi sekarang?

Apa ada yang salah dengan semua ini?

Bukannya aku dan Jungkook hanya terikat perjanjian?

Bukannya tak ada perasaan yang turut dalam hubungan kami?

Lalu kenapa?

Kenapa aku harus mendapati kenyataan bahwa aku menangisi kepergian Jeon Jungkook?

*

*

*

Tbc.

The Reason (30 Days Project) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang