Day 8

514 116 22
                                    

Usai mendengar kalimat tak mengenakkan dari Jennie, kemarin akhirnya aku memutuskan untuk tak pulang bersama Jungkook dan meminta ayah untuk menjemput. Untungnya alasanku hendak periksa ke dokter bisa diterima oleh Jungkook.

Tidak sepenuhnya bohong karena malam harinya ayah benar-benar memaksaku ke dokter untuk memeriksakan tulang belakangku--yang untungnya tidak mengalami cedera serius. Meski untuk sebulan ini aku tidak diizinkan untuk mengangkat benda yang berat dulu.

Hari ini hingga menjelang tengah hari sejauh ini segalanya berjalan lancar.

Kami para murid kelas dua belas sudah memulai bimbingan khusus yang akan dimulai dari pukul delapan pagi hingga delapan malam, sehingga kemungkinan besar sekolah akan mulai sepi oleh keriuhan dan onar para siswa tingkat akhir yang menyebalkan.

"Aku mau ke kantin. Mau titip sesuatu?" tanya Hanbin saat guru mata Matematika baru saja keluar.

Aku menggeleng lantas bangkit dari dudukku. "No, thanks."

"Lalu itu kau mau kemana bawa-bawa buku begitu?" Hanbin menunjuk dua buku diktat di pelukanku.

"Mau ke perpustakaan dulu," sahutku ringan.

Hanbin geleng-geleng kepala melihatku. Ia lalu menunjuk kepalanya sendiri dengan wajah heran. "Kepalamu tidak panas ya belajar?"

"Justru aku pusing kalau tidak belajar." Aku tertawa melihat ekspresi lucunya lantas melangkah keluar kelas.

Saat baru saja keluar kelas aku bertemu dengan Jungkook yang baru saja mengambil buku di lokernya.

Dibanding menyapa aku justru berjalan melewatinya. Kami tak saling bertegur sapa, namun setidaknya ia tersenyum tipis saat tatapan kami bertemu. Dan bagiku itu sudah lebih dari cukup.

Artinya kini aku tak memiliki lagi hutang lagi kepadanya. Pun semalam aku juga sudah berterima kasih pada Jungkook walaupun hanya melalui pesan WhatsApp.

"Jung, mau ke kantin?"

"Kau duluan saja. Nanti aku menyusul."

Saat langkahku menjauh aku mendengar suara Jennie yang baru saja keluar dari kelas.

Aku mempercepat langkahku dengan masa bodoh.

Hari ini aku sama sekali tak ingin merusak suasana hatiku.

*

*

*

Lima menit menuju pukul dua belas aku membereskan bukuku lantas beranjak dari perpustakaan. Hampir setengah jam berada di perpustakaan sudah cukup untukku merangkum materi mata pelajaran selanjutnya.

Sebenarnya bisa saja aku langsung men-download materi pelajaran di internet.

Sayangnya aku jadi malas membaca kalau begitu.

Koridor-koridor sekolah mulai kembali sepi karena lonceng tanda istirahat telah berbunyi. Aku pun mempercepat langkahku karena tak ingin terlambat.

Namun saat hendak berbelok ke arah koridor kelasku tiba-tiba seseorang menghadangku.

Oh tidak. Lebih tepatnya beberapa orang lelaki.

Jantungku rasanya seperti jatuh dari tempatnya saat menyadari siapa yang tengah berdiri di hadapanku. Aku sangat terkejut.

The Reason (30 Days Project) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang