"Dimana Hana?" tanyaku pada Jimin tanpa basa-basi. Ternyata yang meneleponku adalah Jimin. Ia meminta bertemu denganku di taman sekolah--dengan alasan ingin memberikan ponsel Hana padaku. Sempurna, itu membuat ubun-ubunku semakin memanas.
"Dia tidak enak badan, makanya kusuruh pulang," jawab Jimin dengan entengnya.
Aku terdiam sejenak. Kutatap raut 'tak merasa bersalah' di wajah lelaki ini. Sungguh memuakkan.
"Dia sakit?" Aku berlagak tak tahu apa-apa. "Padahal sebelum jam istirahat dia masih sehat-sehat saja."
Jimin membuang napas dengan kasar. "Ya mana aku tahu."
"Pacar macam apa kau ini?" tukasku dengan wajah masam. Aku lantas meraih ponsel Hana di tangan Jimin dengan kasar. "Kau yakin benar-benar memacari dia karena cinta, Park Jimin?"
"Ada apa denganmu Eun Mi? Kenapa sinis sekali padaku?" Jimin menatapku dengan kening berkerut.
Aku seketika tertawa lebar. "Oh ya ampun. Kenapa ekspresimu begitu?"
Jimin kini menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia mendekatiku, memandangku tajam. Irisnya dan irisku kini seakan menerangkan rasa tidak suka masing-masing.
"Apa masalahmu denganku?" suara Jimin beresonansi rendah di telingaku.
Aku menatapnya nyalang. Bayangan tentang bagaimana ia menampar Hana sungguh tak dapat kulupakan. Aku bersumpah tak akan membiarkan manusia ini melakukan hal yang jauh lebih buruk lagi pada Hana.
"Coba tanyakan pada dirimu sendiri," ucapku sarkas. "Jelasnya aku ingin menegaskan padamu, jangan pernah menyakiti Min Hana. Karena aku tak akan tinggal diam."
Jimin masih menatapku dengan sorot matanya yang kini tak tenang. Sebelum akhirnya bibirnya menyunggingkan senyum miring.
"Kuharap kita bisa berteman baik, Jo Eunmi."
Aku mengangguk. "Jika kau baik pada Hana, aku pasti akan baik padamu."
Ia kembali tersenyum kecut.
"Kalau begitu terima kasih sudah memberi ponsel Hana," ucapku seraya berlalu pergi.
Aku melangkah cepat menuju kelas setelahnya. Berbicara dengan Jimin mendadak membuat perasaanku tak enak.
Namun mau bagaimana lagi?
Aku tak tahu apa yang kulakukan.
Yang kutahu aku hanya berusaha melindungi Hana.
*
*
*
Jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat aku terbangun. Lagi-lagi diluar saat ini tengah hujan. Pantas saja penghangat di ruangan ini dinyalakan.
Dan lagi-lagi aku memimpikan rangkaian kejadian setahun silam. Aku tak tahu mengapa partikel-partikel di alam bawah sadarku seakan berkonspirasi untuk membuatku semakin merasa stres.
Sebenarnya apa yang harus kulakukan?
Aku meraih ponselku di atas nakas. Ternyata ada beberapa pesan dari Ibu dan Ayah. Mengabarkan bahwa mereka mungkin datang sedikit terlambat malam ini--karena pekerjaan mereka yang sama sekali tidak bisa ditinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason (30 Days Project)
Adventure30 hari menjelang hari kelulusan, Jo Eun Mi harus mengakhiri hubungannya dengan si keras kepala Jeon Jungkook. Sayangnya mengakhiri hubungan palsu mereka ternyata tak semudah mematahkan sebatang lidi. Namun tak disangka putusnya ia dengan Jungkook j...