Day 6

564 120 40
                                    

Hari ini kegiatan belajar mengajar untuk kelas dua belas telah selesai. Yang artinya selama dua minggu kedepan kami akan difokuskan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk universitas--bulan depan nanti.

Aku tak banyak keluar dari kelas hari ini. Sejak pagi aku bahkan tak beranjak sedikitpun dari bangkuku sendiri dan lebih memilih menghabiskan waktuku untuk membaca novel atau mengerjakan latihan soal. Ditambah earphone yang terpasang di telingaku tak berhenti menyalurkan lagu dari ponselku.

Hariku rasanya damai sekali.

Aku seakan sendiri di tempat yang ramai. Tapi itu lebih baik dibanding aku mendengar hal-hal yang harusnya tak kudengar.

Lagipula aku sudah bercita-cita untuk lulus di Fakultas Kedokteran tahun ini. Pilihan kedua aku ingin mengambil studi Fashion Design di Paris melalui jalur beasiswa.

Jadi jangan sampai permasalahan Jungkook, Jennie, dan lain-lain menghancurkanku.

Selama setahun ini bisa dibilang aku tak pernah bisa memiliki waktu untuk fokus menggapai cita-citaku. Padahal tahun terakhir di SMA adalah masa yang paling menentukan langkah kita selepas sekolah nanti.

Tiap hari di sekolah aku tidak pernah memiliki waktu selain bersama Jungkook. Seusai sekolah aku masih harus mengurusi ekstrakuriler sekaligus berkegiatan di OSIS. Tiba di rumah yang tersisa hanya waktu untuk mengerjakan tugas sekolah.

Singkatnya, seluruh waktuku terkuras penuh.

"Eun Mi!"

Aku sedikit terkejut saat earphone-ku dilepas dari telingaku dan sekonyong-konyong suara itu menyapaku.

Aku menoleh pada Hanbin yang kini cengengesan di sebelahku. Entah sejak kapan lelaki ini sudah kembali ke kelas.

"Aku curiga di tempat dudukmu itu ada lemnya," ucapnya, seperti biasa dengan mimiknya yang jenaka.

"Isi perutmu dulu. Nanti pingsan, aku yang repot," cerocosnya lagi.

Aku tertawa kecil saat ia meletakkan sebungkus onigiri dan susu kotak. Selama setahun sekelas dengannya, aku baru tahu kalau dia adalah pribadi yang menyenangkan.

Satu lagi hal yang kusuka dari Hanbin ialah karena dia tak pernah mengungkit soal Jungkook ataupun menanyakan hal yang aneh-aneh.

"Terima kasih. Kau itu selalu saja repot-repot begini," ucapku.

"Teman sebangku itu adalah partner. Harus saling bantu," tukasnya lagi dengan lagak menggurui.

Aku membalasnya dengan senyum manis. "Aduh baik sekali. Terima kasih loh."

"Jangan senyum-senyum begitu. Nanti aku diabetes," guraunya yang disambut oleh tawaku.

Aku lantas melirik arlojiku. Ternyata sudah pukul dua.

"Mau pulang?" tanya Hanbin saat melihatku tiba-tiba memasukkan buku ke dalam tas.

Aku menggeleng. "Mau latihan."

"Bukannya kau sudah pensiun dari jabatan Cheers Captain ya?" Lagi-lagi ia meledekku.

"Siapa juga yang mau latihan Cheers," balasku sembari mengalungkan ransel ke pundak. "Aku duluan ya kalau begitu."

Aku meraih susu kotak dan onigiri pemberian Hanbin seraya beranjak dari tempat duduk. "Sekali lagi terima kasih."

Hanbin terlihat geleng-geleng kepala melihatku.

"Hati-hati!"

Hampir di ambang pintu aku mendengar seruan Hanbin yang hanya kubalas dengan lambaian tangan--tanpa menoleh.

The Reason (30 Days Project) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang