Day 5

522 117 25
                                    

Aku menatap lokerku pagi ini dengan sedikit keheranan.

Pasalnya setangkai mawar putih terlihat menempel di pintu lokerku bersama sebuah kartu ucapan berwarna hitam yang melekat di tangkainya.

Aku meraihnya perlahan. Lantas mengitarkan pandanganku ke sekeliling. Sayangnya hanya ada satu dua murid yang berlalu lalang. Terlebih lemari loker terletak tepat di depan kelas, sementara di kelas belum ada yang datang selain Yeri. Sehingga kemungkinan besar yang menyimpannya  mungkin saja bukan teman kelasku.

Dibanding ke-geer-an, aku justru merasa ini bukanlah hal yang baik.

Mawar putih adalah pertanda duka bukan?

Dengan sedikit ragu aku membuka kartu ucapan tersebut tanpa melepasnya dari tangkai.

Lagi-lagi aku keheranan dengan isi kartu ucapan itu.

Selamat!

Hanya satu kata itu yang tertulis disana. Tanpa imbuhan lain, terlebih inisial pengirim. Tulisannya pun terlihat ditulis sangat rapi. Mungkin saja pengirimnya seorang perempuan.

Tapi siapa?

Aku berusaha menenangkan diri. Untuk mengatasi kekhawatiran, akupun segera membuang setangkai mawar putih tersebut ke dalam tempat sampah. Lantas bergegas masuk ke dalam kelas.

Tak lama setelah aku mendudukkan tubuh di kursi, Jungkook terlihat masuk ke dalam kelas. Disusul Jennie yang berjalan di belakangnya.

Well, sejak kejadian di kantin kemarin aku sudah tidak terkejut sama sekali dengan apapun yang mereka lakukan. Pun mau mereka berangkat bersama juga itu sama sekali bukan urusanku.

Beberapa saat lagi-lagi mataku dan Jungkook sempat bertemu pandang. Aku baru sadar kami mengenakan jaket jins yang sama.

Aku dan Jungkook memang memiliki beberapa barang yang sama seperti sepatu, jaket, bahkan lelaki itu pernah berniat membeli ponsel yang sama untuk kami berdua.

Aku memalingkan wajahku lebih dulu sembari mengeluarkan laptop.

Entah aku sedang berhalusinasi atau apa, tiba-tiba aku merasakan tangan lelaki itu mengusap puncak kepalaku dengan singkat--tepat saat ia lewat di sampingku. Nyaris tak terasa, tapi aku merasakannya.

Aku menoleh ke arah Jungkook.

Namun ia sudah terlihat asyik dengan Jennie. Lelaki itu terlihat tengah tertawa mendengar Jennie bercerita tentang tetangga rumahnya.

Aku mengusap wajahku pelan dengan kedua telapak tangan.

Apa yang aku harapkan sebenarnya?

*

*

*

Di jam istirahat aku kebetulan bertemu dengan Jennie saat tengah berada di toilet.

"Kita jadi latihan dengan anak kelas sepuluh hari Minggu nanti?" tanya Jennie saat kami berdiri bersampingan di wastafel.

Aku tak tahu mengapa. Tapi menurutku pertanyaan itu hanyalah basa-basi.

"Jadi." Aku mengangguk seraya menggelung rambutku ke atas. "Kau datang kan?"

Jennie mengangguk. "Tentu. Kebetulan juga Jungkook akan melatih para junior hari Minggu nanti. Sepulangnya aku janji mau menemani dia membeli hadiah untuk ibunya."

Jujur aku tertegun beberapa saat mendengar jawaban Jennie. Namun kuulas senyum simpul dengan cepat. "Baguslah kalau begitu."

Aku mengeringkan tanganku dengan tissue lantas kembali tersenyum ke arah Jennie yang tengah mengoleskan lip tint di bibirnya. "Aku duluan Jen."

The Reason (30 Days Project) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang