Day 13

511 114 42
                                    

Aku melirik arlojiku yang kini menunjukkan pukul setengah lima sore.

Hari ini adalah hari Sabtu. Dimana kegiatan bimbingan untuk kami para siswa kelas dua belas hanya berlangsung hingga pukul tiga sore. Karena itulah sekarang siswa-siswa sudah banyak yang pulang atau menghabiskan waktu untuk ekstrakurikuler.

Saat ini aku tengah berdiri dari jarak beberapa meter dari lapangan sekolah--dimana para anggota Taekwondo tengah berlatih.

Mungkin sudah hampir setengah jam aku disini, menanti dengan perasaan takut yang tengah berusaha kulawan.

Di antara banyaknya orang disana, fokusku kini hanya tertuju pada seseorang berambut coklat terang yang tampak tengah mengamati para adik kelas berlatih. Aku persis seperti penjahat yang sedang mengintai mangsanya.

Selang beberapa menit, latihan Taekwondo akhirnya usai. Satu-per satu anggota akhirnya tampak meninggalkan lapangan. Menyisakan beberapa anak kelas dua belas yang masih terlihat mengobrol.

Aku pun segera keluar dari posisi bersembunyiku saat sosok yang kutunggu berjalan menuju koridor.

"Taeyong!" Aku setengah berteriak pada sosok yang kini berjalan beberapa langkah di depanku.

Iya, dia Lee Taeyong. Kawan karib Jimin yang menjadi alasanku belum pulang sore ini.

Lelaki itu menghentikan langkahnya, mata tajamnya lantas menatapku dingin, tanpa ekspresi.

"Kenapa?" tanyanya begitu aku tiba di hadapannya.

"Bisa kita bicara sebentar?" ucapku--tak lupa diiringi senyum yang sejujurnya kupaksakan.

"Tidak bisa," jawabnya tanpa berpikir.

"Sebentar saja." Aku spontan menahan lengannya. Kutatap ia dengan wajah penuh harap. "Aku cuma mau bertanya satu hal. Aku janji."

Taeyong menarik lengannya. Matanya yang menakutkan itu kini menatapku serius. "Kau tahu kan aku siapa."

"Kau teman Jimin. Lalu kenapa?" jawabku tanpa ragu.

Taeyong menghela napas singkat. Lelaki itu kemudian tampak melirik sekitar seraya melipat kedua tangan di dada.

"Apa yang mau kau tanyakan?" ucapnya cepat.

Aku dengan buru-buru mengeluarkan ponselku. Bergerak cepat mencari foto seseorang di galeri lantas kutunjukkan padanya.

"Dimana dia sekarang?" tanyaku.

Taeyong menatap foto di layar ponselku dengan alis bertaut samar, lantas ia menatapku.

"Kenapa kau mencarinya?"

"Aku ada urusan dengannya," tukasku sembari memasukkan kembali ponselku ke saku kemeja. "Jadi kau tahu dimana aku bisa menemuinya?"

Taeyong menggeleng. "Aku tak tahu."

"Tidak mungkin." Aku tersenyum tipis. "Aku lihat foto kalian bersama di postingan Instagrammu minggu lalu."

"Tetap saja kami bukan teman dekat," elak Taeyong. "Hanya kebetulan bertemu beberapa kali."

"Tapi kau pasti tahu dimana dia kan?" Aku terus menyudutkan Taeyong.

Hingga lelaki itu terlihat jengah, ia akhirnya merogoh dompet dari saku celananya. Lantas ia tampak mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam.

"Ini kartu memberku di Oliver Gold. Kau bisa pakai untuk masuk, katakan saja kau sepupuku." Taeyong menyodorkan kartu itu padaku.

"Dia ada disana?" tanyaku seraya menerimanya.

The Reason (30 Days Project) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang