26. Painfully

397 24 2
                                    

Ratu berlarian sepanjang koridor rumah sakit dengan air mata yang sudah membasahi seluruh wajahnya. Dadanya bergemuruh saat mendapatkan panggilan dari rumah sakit yang mengatakan bahwa Arganta masuk ke ruang ICU. Ratu yang tadinya sedang berada di club malam menghabiskan waktunya bersama ketiga sahabatnya, seketika berlarian seperti orang kesetanan tanpa mengatakan apa pun pada ketiga sahabatnya yang kebingungan dengan sikapnya.

Ratu menghentikan langkahnya di depan ruang ICU dengan napas yang masih memburu cepat. Dadanya naik turun karena berlarian dan karena emosi yang menumpuk dalam hatinya seperti hendak meluap keluar secara bersamaan. Ratu memegangi dadanya, dimana rasa sakit itu seperti mencengkeram kuat dadanya.

Ratu mengulurkan tangannya untuk membuka pintu di depannya dengan jantung berdebar dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Dia terlalu takut untuk memikirkan sesuatu saat ini. Dia takut untuk berspekulasi tentang kondisi Arga tak. Ratu tidak ingin melihat kenyataan menyakitkan untuk kedua kalinya.

Suara pintu ruang ICU itu perlahan terbuka. Napas Ratu tertahan saat matanya menangkap sosok Arganta yang terbaring di ranjang pesakitan itu dengan selang oksigen dan infus di tubuhnya. Ratu nyaris melorot lemas karena melihat seberapa pusatnya wajah cowok itu yang kini sedang menutup matanya.

Bagaimana mungkin Ratu bisa mengendalikan dirinya jika dia melihat orang yang dia cintai terbaring di ranjang pesakitan itu tanpa bisa membalas tatapan dan kalimatnya? Ratu tidak yakin sejak kapan Arganta menjadi pemilik hatinya dan menempati posisi penting di dalam hatinya.

Ratu tidak mulai kapan perasaan dan segalanya bermula hingga menumbuhkan perasaan seperti saat ini dalam dirinya. Ratu tidak peduli dengan hal itu lagi, dia tidak ingin bingung mencari tahu sejak kapan dia jatuh cinta pada cowok menyebalkan seperti Arganta. Sekarang Ratu hanya peduli tentang waktu yang ingin dia habiskan bersama cowok itu selagi mereka bersama.

Penyesalan memang selalu datang diujung. Ketika seseorang itu masih di samping kita, kehadirannya lebih sering terabaikan oleh keegoisan kita, namun saat seseorang itu telah pergi, kita baru menyadari bahwa dia berarti dalam hidup kita. Terkadang manusia memang selucu itu, begitu pula dengan takdir. Ratu menyadari bahwa dia mencintai Arganta lebih dari dia mencintai dirinya sendiri selama ini, namun ironisnya Ratu tidak tahu bahwa mereka mungkin tidak akan pernah memiliki waktu yang cukup untuk bisa bersama.

Ratu berjalan dengan kedua kaki gemetar mendekati ranjang Arganta. Tangannya terulur dengan ragu untuk menyentuh wajah Arganta. Ketakutan yang berusaha dipendamnya menyeruak keluar dengan bebasnya, membuat sesak semakin menghimpit dadanya. Ratu tidak lagi bisa menahan Isak tangisnya melihat bagaimana pucatnya wajah Arganta. Andai saja dia tahu kenapa Arganta selama satu hari kemarin mengabaikan semua pesan dan telfonnya. Ratu menyesal karena tidak memikirkan rasa sakit yang di derita oleh cowok itu.

"Ga ... kenapa lo tidur di sini lagi sih? Lo udah janji nggak bakalan bikin gue nangis. Lo udah janji nggak bakalan bikin gue khawatir lagi. Kenapa ... kenapa sekarang lo ada di sini? Ga ..." Untuk kedua kalinya dalam hidupnya, Ratu harus melepaskan kepergian orang yang begitu berarti untuknya.

"Ga ... gue nggak mau kehilangan lo! Lo nggak boleh ninggalin gue kayak gini, Ga!" Ratu menggenggam erat jemari Arganta yang terkulai di samping tubuhnya. Kali ini, jemari yang biasanya terasa hangat dalam genggaman tangan Ratu, kini begitu dingin dan beku. Genggaman tangan Arganta yang biasanya kuat sampai membuatnya meringis, kini begitu rapuh.

"Ga ... tolong jawab gue! Gue nggak bakal lepasin lo gitu aja! Lo nggak boleh kayak gini! Ga ..." Tentu saja tak akan ada jawaban satu pun dari semua kalimat Ratu.

Ratu meletakkan kepalanya di samping tubuh Arganta sembari menggenggam tangan cowok itu yang bebas dari infus dengan erat. Seolah jika Ratu melonggarkannya sedikit saja, Arganta akan pergi dari sisinya dan Ratu tidak akan pernah bisa menghadapi hal itu.

My Perfect QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang