28. Pandora

71 4 0
                                    

Mungkin Ratu bisa mengatakan bahwa sosok Arganta yang dia kenal sekarang, sedikit berbeda dengan Arganta yang dia kenal dulu. Ratu kadang kala tak bisa menebak bagaimana isi hati Arganta padanya. Cowok di sampingnya ini terlalu sukar untuk ditebak. Seandainya Ratu bisa membaca isi pikiran Arganta, mungkin sejak awal dia tidak akan terlalu membenci cowok ini dan membuatnya termakan oleh kata-katanya sendiri. Jatuh cinta.

"Ga," panggil Ratu. Mereka tengah duduk di ruang tamu rumah Arga.

"Heemm ..."

Ratu memutar kepalanya ke samping, menatap Arganta dengan senyum penuh arti. "Lo mau nggak nikah sama gue?"

Pertanyaan tak terduga itu membuat Arganta yang tengah meneguk jus jeruknya tersedak. Matanya menatap Ratu dengan tak percaya. Seolah-olah apa yang baru saja diucapkan Ratu adalah kalimat dari orang yang sedang mabuk.

"Ngomong apaan sih lo?" Arganta menyeka bibirnya. "Kalau mau ngomong sesuatu, mending lo pikir dulu." Arga kembali membaca buku di tangannya, berusaha mengabaikan apa yang baru saja dikatakan Ratu.

Ratu mendelik kesal. Dia tahu, respon Arga pasti menyebalkan. "Emang lo nggak mau nikah sama gue? Lo mau ninggalin gue setelah lo dapetin gue? Begitu? Habis manis sepah dibuang donk!"

Arga membuang napas kasar. Dia berpaling pada Ratu. "Jangan ngomong sembarangan, orang bakal ngira gue udah ngapa-ngapain lo." Arga merasa dia memang harus banyak memiliki stok sabar jika sedang menghadapi kelakuan Ratu.

"Lo emang udah apa-apain gue!" celetuk Ratu.

Arga mengernyitkan dahinya.

"Lo udah cium gue, kan udah bagian dari di 'apa-apain'." Ratu memberikan penekanan pada kata terakhirnya, sengaja mengungkit sesuatu yang seketika membuat Arga tersedak ludahnya sendiri.

Dia menatap Ratu, membuang napas panjang. "Gue nggak tau lagi harus berbuat apa sama lo."

"Lo nggak perlu berbuat apa-apa, nikahin gue aja setelah ini," tukas Ratu dengan nada enteng.

Arga menyentil bibir Ratu, mengundang seruan protes dari cewek itu. "Benerin dulu pikiran lo, baru ngomong."

Arga beranjak. Menghindari Ratu disaat seperti ini adalah hal yang jauh lebih bijak.

"Gue mau bikinin lo makan dulu." Arga berjalan menuju dapur, membuka kulkas, berpikir sejenak hendak membuat makanan apa untuk mereka berdua.

Ratu yang melihat Arganta mulai mengeluarkan bahan masakan dari dalam kulkas berjalan mendekat. Sorot matanya terlihat tertarik dengan apa yang hendak dilakukan oleh Arganta.

"Emang lo bisa masak?" tanya Ratu dengan nada penasaran sekaligus menyindir.

Arga tak menjawab, tangannya terus bergerak mengeluarkan beberapa sayuran dan telur. "Setidaknya gue tahu caranya bikin makanan yang layak buat dimakan," ujar Arganta akhirnya.

Ratu mencibir. Dia melengang pergi menuju ruang tengah, duduk di sofa lalu menyalakan televisi. Sementara Arganta mulai menanak nasi terlebih dahulu. Sesekali ia melirik ke arah ruang tengah dan memperhatikan apa yang sedang di lakukan oleh Ratu. Cewek itu beberapa kali mengganti saluran dengan bosan sebelumnya akhirnya menonton tayangan kartun.

Arganta kembali fokus dengan apa yang harus dia lakukan, mencuci sayur dan memotongnya kecil-kecil, memecahkan telur ke dalam mangkuk dan mencapurkan sayuran yg sudah dia potong. Disela kesibukannya, Arga mendengar tawa renyah Ratu dari arah ruang tengah. Sejenak, tawa itu menyelipkan perasaan aneh, sesuatu seolah sedang menggelitik hatinya. Perasaan yang lama tidak dia rasakan. Rasanya seperti sedang berdiri di tengah hamparan bunga lavender. Tanpa Arga sadari, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seulas senyum tipis.

My Perfect QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang