12. Second

672 68 12
                                    

Mendadak keinget lagu ini waktu nulis chapter ke-12
Pasti nggak bakalan lupa donk sama lagu T-MAX - Paradise ost dari BBF 😍

***

Yang terlihat kuat di luar, bisa saja begitu rapuh di dalam hatinya. Karena yang tersimpan didalamnya, belum tentu sekeras cangkang luarnya.

---My Perfect Queen---

Motor merah itu memasuki halaman rumah mewah besar bergaya minimalis dengan taman terletak di kanan dan kiri halaman. Bangunan rumah yang terbuat dari batu pualam putih itu seakan bersinar ketika tertimpa cahaya matahari, dengan pilar-pilar besarnya yang kokoh. Bagi orang awam, rumah itu lebih pantas disebut dengan kastil.

Terlihat empat penjaga berbaris di pintu utama, membungkuk pada Arganta hanya membalasnya dengan anggukan tak acuh. Ketika memasuki garasi, ia sedikit memelankan laju motornya dan memarkirkannya dengan asal. Setelah menyimpan kunci motor dan helmnya, cowok itu berjalan dengan langkah pelan memasuki pintu utama rumah mewah tersebut sembari menyampirkan tas ransel dipundak kirinya.

Tak hanya penjaga didepan yang menyambutnya, diruang tamu pun ada beberapa pelayan yang berdiri dan berlalu lalang, ketika melihat kedatangannya, mereka pun membungkuk memberi salam.

Arganta menghembuskan napas pelan, dia hanya menanggapi semua hal ini dengan senyum kecut di bibirnya. Orang lain yang melihat kehidupannya pasti akan berdecak kagum, semua orang pasti menginginkan posisinya saat ini. Layaknya tuan muda yang hidup dalam kemewahan. Namun, tak ada yang tahu bahwa semua ini, tidak lebih baik dari penjara sekalipun bagi Arganta.

Saat Arganta membawa kakinya memasuki ruang tengah. Ekor matanya menangkap pemandangan yang seketika membuat dadanya bergemuruh hebat. Wajahnya mengeras, aura dingin dan menakutkan seakan mengubah atmosfir dalam ruangan tersebut.

Kedua sosok yang sedang duduk dan bercengkrama di sofa ruang tengah itu membuat kemarahan dalam dirinya meluap keluar. Namun, Arganta memilih mengabaikan keberadaan dua orang tersebut dan kembali berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Seharusnya dia sudah mulai terbiasa dengan pemandangan semacam ini jika ia memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Arga, kamu sudah pulang? Mama udah masak sup kesukaan kamu." Suara ramah wanita dibelakangnya menghentikan langkah Arganta. Sesuatu dalam dirinya seakan memberontak keluar setiap kali mendengar wanita itu berbicara padanya.

Tanpa membalikkan tubuhnya, Arganta mencibir dengan sinis. "Nggak usah sok baik kalo didepan papa." Arganta baru akan kembali berjalan ketika suara menggelegar marah itu terdengar ke telinganya.

"Arga! Kamu jangan kurang ajar sama mama kamu!" Reno bangun dari duduknya dengan marah. Menatap punggung putranya itu dengan wajah memerah.

Arganta perlahan membalikkan tubuhnya dengan sikap tenang. Cowok itu mengukir seringaian tipis. "Mama?" cibirnya, "mama Arganta udah meninggal, pa. Dan dia bukan mama Arganta. Sampai kapanpun!" Arganta sengaja menekan dua kata pada kalimat terakhirnya. Tatapannya menyorot tajam pada wanita yang berdiri disamping Reno.

"Arga! Jaga ucapan kamu!" Reno berusaha menahan diri untuk tidak semakin terpancing emosi dengan kata-kata putranya tersebut.

Arganta terkekeh pelan.
"Kenapa? Papa nggak terima? Seharusnya Arganta yang nggak terima karena demi wanita seperti dia, papa meninggalkan mama yang sakit-sakitan hingga meninggal!" Arganta mengarahkan telunjuknya pada Gina dengan kilat kebencian yang terpancar jelas dalam tatapannya.

Sedangkan Gina, wanita itu hanya diam menerima setiap cacian yang dilontarkan Arganta untuknya. Dia sudah terbiasa menerima dan menelan setiap kata-kata kasar Arganta. Dia berusaha sebaik mungkin menahan diri dengan mengepalkan kedua tangannya kuat.

My Perfect QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang