Manusia itu sangat kejam. Mereka hanya melihat, kemudian menilai. Mereka memperhatikan, kemudian memvonis. Bahkan mereka mendahului Tuhan untuk menjadi hakim bagi orang lain.
---My Perfect Queen---
Ratu tak pernah membayangkan bahwa taruhan konyol tersebut akan membawanya berakhir pada sosok cowok seperti Arganta. Semua hal yang ada pada cowok itu selalu mampu membuat Ratu kesal, bahkan saat ini sekalipun. Dia tidak tahu, bagaimana bisa Arganta mengetahui alamat rumahnya selain tiga sahabatnya tersebut. Kecuali, jika salah satu sahabatnya itu memberitahu Arganta tentang alamat rumahnya.
"Kok lo bisa tau rumah gue?"
Ratu mendelik tajam ke arah Arganta yang sibuk dengan kemudinya. Pertanyaan itulah yang ingin ia tanyakan sejak Arganta memintanya masuk ke dalam mobil.Arganta hanya mengangkat kedua bahunya dengan tak peduli. Ia sudah pasti tahu pertanyaan apa yang pertama kali dilontarkan Ratu padanya.
"Lo benar-benar nguntit gue ya?" tanya Ratu lagi, kali ini dengan jari telunjuknya menunjuk Arganta penuh curiga.
Arganta tak perlu menggunakan otak encernya untuk bisa menebak apa yang dipikirkan Ratu, cewek disampingnya ini mudah sekali ditebak. Dan mudah sekali marah.
"Gampang banget buat gue nyari alamat lo," sahut Arganta dengan enteng. "Bukankah cewek paling populer itu nggak sulit buat dicari alamatnya?" Pertanyaan yang tersirat dengan nada sindiran itu membuat bibir Ratu terbungkam.
Ratu mendengus kemudian memalingkan wajahnya ke arah jendela untuk menghindari adu mulut lebih panjang lagi dengan Arganta, Ratu sedang malas untuk melakukannya. Hal ini hanya akan merusak malamnya. Lagipula, percuma saja dia mendebat, ia akan tetap kalah dengan Arganta.
Tak berselang lama, mobil Arganta berhenti disebuah bukit. Ratu keluar mengikuti cowok itu yang sudah lebih dulu mengambil tempat diantara rerumputan.
Ratu sedikit terheran sekaligus kesal ketika menyadari kemana mereka pergi. Sungguh diluar ekspektasinya.
"Ngapain lo ngajak gue kesini? Gue kira lo mau ngajak gue ke tempat romantis," sungut Ratu seraya mendudukkan dirinya di samping Arganta.Cowok itu terlihat memandang ke bawah, dimana jutaan rumah pendudukan dan bangunan tampak begitu kecil. Serta cahaya lampu yang terlihat bagai hamparan bintang. Ratu seketika terpana oleh apa yang ditangkap penglihatannya saat ini.
Meski begitu, tidak mengurangi kekesalan Ratu karena ia mengira Arganta akan mengajaknya kencan ke restoran mewah dengan gaya yang romantis, seperti yang sering dilakukan mantan pacarnya setiap kali mengajaknya berkencan. Tapi, cowok disampingnya ini melakukan semua hal dengan cara yang berbeda dari semua mantan pacarnya. Jadi, seharusnya Ratu tidak perlu mengharapkan hal itu dari Arganta.
"Jangan harap gue bakal ngajak lo kencan ke restoran yang romantis. Asal lo tau, gue beda dengan cowok-cowok itu."
Ratu mendengus pelan mendengar kalimat Arganta. Sejak awal Arganta memang berbeda dengan cowok-cowok yang ia kenal sebelumnya, jadi dia seharusnya tidak merasa heran jika Arganta mengajaknya ke tempat semacam ini.
"Gue lebih suka bawa lo ke tempat seperti ini. Supaya pikiran lo itu isinya bukan hanya soal materi dan menyimpulkan orang dengan sesuka hati."
Terdengar dengusan kasar dari Ratu, namun cewek itu tak menanggapi ucapan Arganta. Dia mulai terbiasa dengan mulut pedas Arganta. Harus Ratu akui, Arganta memang berbeda dari semua cowok yang pernah berkencan dengannya. Yang isinya hanya kata-kata gombal ala cowok kardus yang sangat modus.
"Gue biasanya datang kesini untuk sekedar melepas lelah."
Ratu menselonjorkan kakinya ke depan, sembari kedua tangannya ia jadikan penopang berat tubuhnya. Pandangannya mengikuti apa yang menjadi fokus Arganta. Kelip lampu yang terhampar di depan mata, seakan bagai lautan cahaya penuh dengan warna-warni yang indah.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Queen
Novela JuvenilRatu Amaryllis Renjana. Sesuai dengan namanya, dia adalah ratu yang berada diatas segalanya. Cewek angkuh dengan segudang prestasi dan popularitas yang mengikutinya. Hidupnya benar-benar nyaris sempurna tanpa celah. Hobinya dalam mematahkan ha...