Ratu merasakan kepalanya seperti berputar. Matanya berkunang-kunang. Tubuhnya seolah diluar kendali dirinya. Ia ingin memberontak saat Eriko merangkulnya. Ratu berusaha meronta dan melepaskan diri ketika Eriko membawanya menyusuri sebuah lorong dengan beberapa pintu kamar di kanan dan kirinya, namun tubuhnya menolak perintah otaknya. Ratu mengutuk dalam hati, seketika menyesali perbuatannya sendiri.
Ratu hanya bisa berharap bahwa ada seseorang yang akan menolongnya sebelum kesadarannya hilang dan Eriko mendapatkan apa yang dia inginkan. Ratu benar-benar berharap bahwa Arga akan datang. Meskipun itu mustahil, mengingat pertengkaran mereka kemarin.
Ratu ikut tersungkur jatuh ketika seseorang tiba-tiba menerjang Eriko. Ratu samar-samar melihat seseorang tengah menindih tubuh Eriko dan melayangkan dua pukulan di wajah cowok itu. Ratu tidak tahu siapa cowok dengan jaket hitam denim tersebut, karena Ratu hanya bisa melihat punggungnya. Baru ketika cowok itu berbalik, Ratu bisa melihat wajahnya sebelum kesadarannya benar-benar hilang.
Ratu tidak tahu berapa lama dia tidak sadarkan diri atau tertidur. Ketika membuka matanya, Ratu sudah ada di kamarnya. Jam digital di atas meja menunjukkan pukul 8 pagi. Cewek itu lalu bergerak untuk bangun. Kepalanya masih berdenyut sakit. Ratu bergegas berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahnya yang berantakan.
Ratu menarik napas dalam-dalam. Ia terduduk di kamar mandi. Tatapannya menerawang memandang lantai marmer. Pikirannya sedikit kacau. Samar-samar, dia mengingat apa yang terjadi semalam. Dia ingat ada seseorang yang membawanya pergi dari club. Meski kesadaran Ratu hilang timbul, dia tentu tidak salah mengenali pemilik wajah dan tatapan itu.
Ratu bergerak bangun, melangkah ke luar kamar. Menuruni anak tangga dan berseru memanggil bi Ina yang berada di dapur.
"Bi, tadi malam siapa yang nganter Ratu pulang?" Ratu menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan ingin tahu.
"Oh, temennya non Ratu. Mbak Sandra sama mbak Gia." Ratu mengernyit. "Semalam katanya non Ratu agak mabuk lalu pingsan, makanya dianter pulang sama mereka." Bi Ina menjelaskan. Namun membuat kerutan di kening Ratu menebal.
"Bi Ina yakin yang nganter Ratu pulang bukan Arga?" Ratu berharap, sejujurnya. Dia berharap bahwa cowok itu adalah Arga.
Bi Ina tertawa ringan. "Kalau itu mas Arga, bibi jelas tau donk. Semalam yang ngantar ya mbak Sandra sama mbak Gia." Penjelasan yang kedua kalinya itu membuat bahu Ratu melorot lemas.
"Ya udah deh, bi kalo gitu, makasih ya." Ratu berbalik dengan perasaan kecewa.
••••
Ratu melangkah melewati koridor dengan wajah memerah. Tujuannya saat ini adalah kantin. Di sana mungkin dia bisa menemukan seseorang yang dua hari ini tidak bisa dia temui. Sepertinya Eriko sengaja tidak masuk sekolah selama dua hari demi menghindari Ratu. Sandra dan Gia yang berjalan bersisian dengan Ratu, saling melempar tatapan cemas.
"Ra, mending lo laporin aja ke kepala sekolah." Sandra memberikan saran.
Gia menyenggol lengannya. "Bodoh lo! Entar kita ketauan kalo sering pergi clubing!"
Sandra meringis. "Eh bener juga sih!" Cewek itu menepuk kepalanya, menyadari kebodohannya sendiri.
"Gue mau ngasih pelajaran sama cowok brengsek itu!" desis Ratu dengan rahang mengetat. Dia melempar tatapan mematikan pada siapapun yang berpapasan dengannya. Mereka bergerak menyingkir, tak ingin membuat masalah dengan Ratu jika cewek itu sudah menunjukkan tatapan yang tak bersahabat.
Ratu menyapu pandangannya ke penjuru kantin. Diantara gerombolan anak laki-laki yang duduk di meja panjang paling ujung, dia bisa melihat Eriko di sana. Ratu berjalan mendekat ke arah cowok itu berada diikuti Gia dan Sandra yang memasang wajah cemas. Mereka tak bisa menghentikan Ratu jika cewek itu sudah tersulut amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Queen
Teen FictionRatu Amaryllis Renjana. Sesuai dengan namanya, dia adalah ratu yang berada diatas segalanya. Cewek angkuh dengan segudang prestasi dan popularitas yang mengikutinya. Hidupnya benar-benar nyaris sempurna tanpa celah. Hobinya dalam mematahkan ha...