"Ternyata dunia itu sempit, ya!" Ratu mendengus sembari melirik Arga yang hanya duduk diam menikmati nasi gorengnya.
Ratu memberengut. "Lo nggak seneng kalo semisal dijodohin sama gue gitu?" tanya Ratu sedikit tersinggung melihat reaksi Arganta yang tampak tidak tertarik dengan percakapan mereka.
Ratu tentu saja kaget saat mendengar bahwa papanya adalah rekan bisnis orangtua Arganta, bahkan dengan nada bercanda mereka ingin menjodohkan keduanya.
"Ini terdengar sedikit gila buat gue," bisik Ratu. Ia mengaduk-aduk nasi goreng seafood-nya tanpa minat.
"Lo emang udah gila," balas Arga, santai.
"Ihh! Kenapa sih lo selalu nyebelin!" gerutu Ratu, kesal. "Bersyukur donk punya cewek secantik gue. Diluar sana, banyak tuh cowok yang ngantri buat jadi pacar gue." Ratu bersedekap. Tatapannya menyorot tajam pada Arga yang sama sekali tidak bereaksi terhadap kata-katanya.
"Tapi gue bukan salah satu dari mereka," balas Arga, datar.
"Gue cantik dan pintar, kurang apalagi coba?" Ratu memicingkan matanya.
"Perangai lo buruk," sahut Arganta sembari meneguk jus jeruknya. "Dan lo sakit jiwa."
Ratu melotot lebar.
"Nggak masalah. Selama gue cantik dan kaya," sambung Ratu sembari mengangkat dagunya tinggi."Kalau begitu, lo bisa dengan salah satu dari mereka," sahut Arganta, tenang.
Ratu mendelik kesal. "Karena gue cuman mau sama lo," balas Ratu. "Pokoknya lo harus tanggung jawab kalo gue jadi beneran suka sama lo." Ratu mengatakannya dengan nada enteng tanpa beban. Namun dia tidak menyadari jika kalimatnya tadi membuat Arganta diam-diam melirik ke arahnya dengan tatapan sulit ditebak.
"Awas aja kalo lo sampe bikin gue patah hati." Ratu mengacungkan garpunya. "Gue bakal gentayangin lo seumur hidup!"
Arganta menarik satu sudut bibirnya. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Ratu dan berkata pelan. "Lo yakin nggak bakalan nyesel?"
"Nggak!" Ratu menegakkan punggungnya. "Lo yang bakalan nyesel karena nolak cewek sesempurna gue." Ratu mengibaskan rambutnya dengan angkuh.
Arganta tergelak. Ia menggelengkan kepalanya lalu menarik tubuhnya menjauh. Percuma saja berbicara dengan seorang Ratu. Dia masih selalu menyebalkan bahkan hingga setiap menitnya.
"Gue pesen makan bukan cuman diaduk-aduk. Makan." Arganta memberikan perintah lewat tatapan dan gestur cowok itu.
Ratu mengerucutkan bibirnya, menatap masih goreng seafood didepannya dengan ragu. "Gue nggak suka."
Arga menghela napas, lelah. "Kalo lo nggak suka seharusnya nggak usah pesen."
"Gue kan pengen biar samaan sama lo."
Konyol. Alasan konyol. Arga menatap Ratu kesal. Dia ingin sekali berteriak di depan wajah cantik cewek itu. Namun Arga memilih menahan diri. Tapi terlalu sering menghela napas pun mungkin akan mengurangi umurnya karena seringnya Ratu membuatnya emosi.
"Makan."
"Oke. Gue makan karena lo yang nyuruh. Apapun gue lakuin deh." Ratu menyuapkan satu sendok nasi goreng seafood-nya. Namun dia tidak melanjutkan di suapan kedua.
"Kayaknya otak lo perlu diperiksa," Arganta beranjak dari duduknya. "Penyakit lo tambah parah."
Ratu berseru protes. "Mau kemana?" Cewek itu beranjak, mengikuti Arganta yang sudah berjalan di depannya. "Dih! Tungguin gue, tiang listrik!" Ratu meninggalkan nasi gorengnya yang masih tersisa banyak untuk mengejar Arganta.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Queen
Teen FictionRatu Amaryllis Renjana. Sesuai dengan namanya, dia adalah ratu yang berada diatas segalanya. Cewek angkuh dengan segudang prestasi dan popularitas yang mengikutinya. Hidupnya benar-benar nyaris sempurna tanpa celah. Hobinya dalam mematahkan ha...