Entah sejak kapan kisah ini dimulai. Yang aku tahu, aku selalu berusaha menepis ikatan yang perlahan mulai tersimpul.
---My Perfect Queen---
"Gimana kerja kelompok lo kemarin sama Arga?"
Ratu tak perlu menggunakan otak encernya untuk bisa menebak apa yang akan ditanyakan oleh Sandra. Kebiasaan teman satu bangkunya sejak SMP itu adalah selalu kepo.
"Ngapain aja lo sama Arga kemarin?" Sandra bergeser mendekatkan tubuhnya. "Dia ngajak lo kencan juga nggak?"
Ratu mendengus sebal. "Bisa nggak sih mulut lo itu diem sehari aja?"
"Yeee, gue kan kepo kemarin lo ngapain aja sama si pangeran khayalan gue."
"Otak lo harusnya di restart ulang, biar lebih fresh!" Ratu mendorong dahi Sandra dengan telunjuknya.
"Halah! Dalam hati lo juga mau kan sebenarnya sama dia. Nggak usah munafik deh lo Ra," cibir Sandra.
"Lo lama-lama gue ceburin sumur ya! Mulut lo minta gue lakban!"
Sandra menutup mulutnya dengan kedua tangannya sembari menatap Ratu dengan horor.
"Eh, tapi gue bener penasaran kok lo bisa tiba-tiba pergi dan belajar kelompok sama Arga? Bukannya lo bilang kalo mau tukeran kelompok?"Ratu bukan orang yang akan mudah mengubah keputusannya. Kecuali jika itu berkaitan dengan nilainya.
Ratu menghela napas pendek. "Dia ngancem bakal ngaduin gue ke Bu Rea. Jadi gue terpaksa, daripada nilai gue anjlok." Ratu mengangkat kedua bahunya, tanda tak mau ambil pusing.
Sandra mengangguk mengerti, lagi-lagi Ratu akan menurut saat berkaitan dengan nilainya.
Dasar cewek gila nilai!
"Pinter juga Arga ngancem lo." Jarang sekali seorang Ratu mau menurut dengan orang lain tanpa kehendaknya sendiri.
Ratu memukul meja dengan keras. "Sebenarnya temen lo Arga apa gue? Lo selalu belain si nomor dua!" seru Ratu dengan kesal.
"Temen gue emang lo, tapi gue lebih milih Arga. Jadi, gue nggak bisa belain lo trus donk."
"Sialan lo!" umpat Ratu.
Sandra berpaling, mengabaikan Ratu yang sudah termakan emosi.
"Woi, pagi-pagi udah kusut. Perlu gue setrika wajah lo biar rapi?" Senna yang baru datang, segera menyela perdebatan kecil antara Ratu dan Sandra.
"Gimana nenek lo, udah sembuh?" Sandra bertanya dengan nada sinis.
"Lo nggak ngadu ke Bu Lenny 'kan?" Mata Senna memicing pada Sandra. "Gue pecat jadi temen tanpa uang pesangon lo kalo sampe ngadu." Ancaman Senna sama sekali tidak membuat Sandra merasa takut, justru membuat cewek itu tertawa kecil.
"Masih ada yang mau jadi temen gue kalee."
"Iya, temen lo 'kan cewek-cewek fanatik. Lo kan jadi ketua alayers." Tawa Senna dan Ratu meledak. Mereka paling suka menggoda Sandra. Seolah hal ini sudah menjadi hobi dan kebiasaan mereka setiap kali berkumpul.
Persahabatan itu selalu diwarnai dengan berbagai hal, tidak melulu dengan kata-kata manis, tapi ujung-ujungnya menusuk di belakang.
Ketika mereka sibuk membicarakan berbagai hal khas anak cewek lainnya, seorang cowok jakung berjalan menghampiri meja Ratu. Menghentikan sejenak obrolan mereka.
Ratu menunjukkan raut wajah tidak suka akan kedatangan cowok tersebut. Kedua temannya pun seolah mengerti saat cowok itu melempar tatapan ke arah mereka. Sandra dan Senna beranjak menjauh, membiarkan cowok tersebut duduk di samping Ratu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Queen
Fiksi RemajaRatu Amaryllis Renjana. Sesuai dengan namanya, dia adalah ratu yang berada diatas segalanya. Cewek angkuh dengan segudang prestasi dan popularitas yang mengikutinya. Hidupnya benar-benar nyaris sempurna tanpa celah. Hobinya dalam mematahkan ha...