19. Pendant

628 52 4
                                    

Ketakutan akan kehilangan adalah bagian dari cinta yang tak mampu terungkapkan..

---My Perfect Queen---

Arganta tak mengerti, ketakutan yang kini ia rasakan jauh lebih kuat dibandingkan ketika ia kehilangan sosok sahabatnya dimasa lalu. Lebih dari itu, Arganta tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Terlebih cewek itu adalah Ratu, Arganta tak ingin kehilangan kesempatan untuk nanti mengakui semuanya pada Ratu.

Ditengah perasaan kalut dan ketakutannya, Arganta menghembuskan napas lega karena Ratu baik-baik saja. Cowok itu bahkan tanpa terduga memeluk Ratu dengan erat, dalam hati bersyukur karena Ratu masih bisa membuka matanya. Arganta tidak bisa membayangkan jika sesuatu yang buruk terjadi pada cewek dalam dekapannya, mungkin seumur hidup ia akan menghabiskan waktunya untuk menyalahkan dirinya sendiri.

"Syukurlah lo sadar," bisik Arganta penuh kelegahan.

"Ga, mending kita antar Ratu pulang aja sekarang." Kalimat Sandra menyadarkan Arganta. Cowok itu kemudian menggendong tubuh Ratu.

Ratu yang baru sadar dari rasa traumanya, tak mampu mengatakan apapun karena ketakutan masih membayang dikedua matanya atas apa yang barusan terjadi. Ia hanya bisa pasrah ketika Arganta menggendongnya hingga ke parkiran dan mengantarnya pulang tanpa Sandra.

Ratu sedikit terkejut mendapati perlakuan yang tak terduga dari cowok yang saat ini mendudukkannya di kursi penumpang. Cowok itu melepaskan jaketnya dan mengenakannya pada tubuh Ratu yang basah. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir masing-masing. Ratu terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu, sedangkan Arganta tampak tak memiliki sesuatu untuk dikatakan.

"Lo baik-baik aja 'kan?" Pertanyaan yang tersirat dengan nada khawatir itu membuat Ratu yang sedang fokus memperhatikan pepohonan disepanjang jalan, berpaling. Dengan sedikit gugup ia mengangguk. "Gue baik-baik aja," sahutnya.

"Dasar bodoh!" bisik Arganta pelan, namun Ratu mampu mendengarnya dengan jelas. Seketika hal itu membuat Ratu melotot pada Arganta.

"Seharusnya lo itu nggak pergi ke sana, lo bisa mengabaikan pesan itu seperti sebelumnya."

Ratu mendengus. "Jadi, lo sekarang nyalahin gue?" Arganta tak menjawab, ia memutar kemudinya, membawa mobil audi merah itu berbelok ke kanan jalan.

"Gimana kalo seandainya tadi gue dan Sandra nggak datang tepat waktu? Lo pikir apa yang bakalan terjadi sama lo?"

Ratu mengalihkan tatapannya sepenuhnya pada Arganta. "Dan lo berhutang penjelasan mengenai cowok itu ke gue! Semua ini juga gara-gara lo, dia pikir gue cewek lo!" sungut Ratu dengan nada kesal.

"Emang lo cewek gue sekarang," sahut Arganta cepat. "Apa yang salah dengan itu?" Arganta melirik Ratu sekilas dengan satu alis terangkat.

Ratu mengertakkan giginya kesal. "Gue nggak mau jadi cewek lo!" gumam Ratu seraya melengos ke arah lain.

"Oh ya?" Arganta menatap Ratu sekilas. "Sebentar lagi lo juga mau jadi cewek gue," tambahnya dengan raut wajah datar.

See, this guy is so bastard!

"Apa yang membuat lo yakin gue mau jadi cewek lo?" Ratu bersendekap di depan dada, menatap Arganta dari samping.

"Karena hanya gue yang bisa membawa seorang Ratu turun dari posisinya. Nggak ada alasan lain buat lo nolak jadi cewek gue," ujar Arganta dengan nada biasa.

"Dasar tukang pe-de," cibir Ratu.

Arganta hanya membalasnya dengan mengangkat kedua bahunya tak acuh. Tak ada percakapan setelahnya hingga mobil Audy merah itu sampai di halaman rumah mewah dengan desain modern dan klasik.

My Perfect QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang