Ratu seperti menemukan dirinya yang dulu. Dia tidak tahu sejak kapan Arga mulai berperan penting dalam perubahan sikap dan perilakunya, yang Ratu tahu pasti bahwa Arga sudah mulai menjadi sosok penting yang mengisi hatinya selama beberapa bulan terakhir. Ratu bahkan sudah lupa bagaimana dia dulu begitu berambisi untuk mengalahkan Arganta di peringkat pertama. Ratu mulai merasa hal itu tidak penting lagi.
Ratu menuruni anak tangga dengan langkah yang ringan. Dia berjalan menuju meja makan lebih dulu. Bukan untuk makan bersama Rendy, melainkan hanya untuk mengambil sandwich di atas piringnya. Ratu masih merasa enggan untuk makan satu meja dengan Rendy.
"Papa mau bicara sebentar." Langkah Ratu yang hendak berjalan menuju pintu keluar rumah terhenti. Cewek itu berbalik lalu menatap Rendy dengan senyum simpul.
"Ratu rasa nggak banyak yang bisa papa bicarakan sama Ratu. Kalau urusan sekolah, papa nggak perlu khawatir. Cowok yang ngalahin Ratu di peringkat pertama adalah Arga." Ratu mengatakannya dengan satu tarikan napas. Nadanya terdengar begitu santai dan tertata, tidak seperti Ratu yang biasanya, berapi-api dan mudah sekali kesal setiap kali berurusan dengan Rendy.
Rendy terdiam. Dia menyesap kopinya pelan lalu menatap Ratu. "Papa nggak suka kalau anak papa jadi terlalu lemah hanya karena seorang cowok."
Ratu memaksakan seulas senyum lebar dibibirnya. "Tentu saja karena Ratu bukan mama." Setelah mengatakan satu kalimat itu Ratu berbalik pergi tanpa peduli bagaimana ekspresi Rendy saat ini.
Ratu sudah memutuskan untuk tidak semakin terpancing kekesalan setiap kali dia berbicara dengan Rendy. Dia menyadari bahwa itu terlalu menguras emosinya dan melelahkan. Ratu akan menghadapi Rendy dengan sikap yang lebih tenang dari biasanya.
Ratu kali ini tidak berjalan menuju mobil merahnya yang terparkir di garasi, melainkan dia berjalan ke arah halte bus yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Sesuatu yang sangat langkah mengingat dia tidak pernah naik angkutan umum. Tapi Ratu sekali ini ingin mencobanya dengan penampilannya seperti ini.
Selama dua hari, Ratu tidak bisa berhenti memikirkan tentang apa yang terjadi pada Arganta. Ratu juga terus mempertimbangkan hal apa yang bisa dia lakukan untuk Arganta. Pada akhirnya Ratu mulai mencoba menjadi cewek 'baik' untuk Arganta. Meski dia tahu bahwa menjadi cewek 'baik' itu tidak lah mudah. Ratu hanya akan mulai dari penampilan dan kebiasannya saja.
Tatapan seisi sekolah benar-benar teralihkan sepenuhnya pada sosok cewek yang baru saja turun dari halte bus. Cewek yang biasanya selalu menjadi pusat perhatian karena wajah cantik dan penampilannya yang selalu sempurna. Tapi kali ini, tatapan mereka bukan seperti biasanya yang terlihat terkagum dan memuja akan sosoknya, melainkan tatapan penuh tanda tanya dan keheranan karena mendapati pemandangan yang tidak biasa.
Ini seperti mereka baru saja melihat Naruto dengan tatanan rambut klimis. Sungguh mengherankan sekaligus ironi. Bagaimana tidak? Penampilan yang terkesan selalu seksi dengan proporsi tubuh bak model majalah terkenal, kini memakai pakaian yang biasanya dikenakan oleh cewek dengan predikat kutu buku, atau paling tidak yang sering mendapatkan julukan cewek cupu.
Ratu tidak memperdulikan pandangan aneh teman-temannya sejak dia turun dari bus dan berjalan menuju kelas. Dengan langkah yang tenang dan dagu yang terangkat seperti biasanya, Ratu memasuki kelasnya. Terlebih dulu dia meletakkan tasnya di meja dan duduk di kursinya.
"San, gimana penampilan gue?" Ratu menyapa Sandra yang sibuk dengan ponselnya. Ketika cewek itu berpaling pada Ratu, kedua matanya melotot dengan sangat sempurna, seperti melihat sesuatu yang sangat tidak masuk akal.
"Lo salah makan apa hari ini?" tanya Sandra dengan tatapan yang sama anehnya seperti murid lain. "Lo beneran Ratu temen gue, kan?" tanya Sandra lagi. Dia mengguncang kedua bahu Ratu. Mungkin dia salah mengenali cewek di depannya sebagai Ratu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Queen
Fiksi RemajaRatu Amaryllis Renjana. Sesuai dengan namanya, dia adalah ratu yang berada diatas segalanya. Cewek angkuh dengan segudang prestasi dan popularitas yang mengikutinya. Hidupnya benar-benar nyaris sempurna tanpa celah. Hobinya dalam mematahkan ha...