Alih-alih pergi, aku memilih menetap. Menunggu pada sebuah ketidakpastian. Apakah saat seseorang jatuh cinta, ia kehilangan akal dan logikanya?
---My Perfect Queen---
Ratu sepanjang hari ini uring-uringan. Dia ingin menghancurkan apapun didekatnya sembari membayangkan bahwa benda tersebut adalah Arganta. Sandra dan Gia yang duduk di dekatnya menatap cewek itu dengan pandangan heran. Pasalnya, sejak pagi tadi hingga sepulang sekolah, Ratu benar-benar terlihat emosional. Membuat Sandra dan Gia yang ingin bertanya pun harus mengurungkan niat mereka.
"Dia pikir dia itu cowok paling ganteng?" Ratu meremas kesal bungkus makanan ringan ditangannya, kemudian melemparnya dengan asal. Seakan sedang membayangkan bahwa Arganta adalah bungkus makanan yang sudah tak berbentuk itu. Dia butuh pelampiasan untuk menumpahkan emosinya.
"Lo kenapa sih? Kesambet setan di taman belakang sekolah, ya?" celetuk Sandra yang sedang mengunyah makanannya. "Tiap hari kerjaan lo kayak orang PMS mulu."
"Biar gue tebak, lo masih belum berdamai sama si Arga 'kan?" Wajah Ratu kian kesal saat Gia menyinggung nama Arga. Nama Arganta seperti mantra yang membangkitkan setan dalam dirinya. Membuat emosi Ratu berada dalam level bahaya.
"Jadi lo masih belum terima kalo Arga ngalahin lo diperingkat pertama?" Sandra berdecak pelan, "Ratu-Ratu, lo terima kenyataan deh kalo Arga itu emang cowok pinter," Sandra mengedip, "dan juga tampan." Tepat setelah itu sebuah pukulan keras mendarat di punggungnya. Siapa lagi tersangka pemukulan tersebut jika bukan Ratu yang saat ini semakin kesal oleh celotehan Sandra.
"Kayaknya bentar lagi Arga bakalan lebih populer dibandingkan lo." Ratu berdiri kemudian melempar bantal sofa ke arah Sandra, namun cewek itu dengan cekatan menangkapnya.
"Sialan lo jadi temen! Temen macam apaan nyumpahin temen sendiri!"
Ratu beranjak dengan raut wajah memerah, pergi menuju kamar mandi yang terletak di pojok kamarnya, membanting pintunya sekeras mungkin, hingga membuat Sandra dan Gia berjengit kaget karenanya."Lo sih, udah tau Ratu sensitif dengan semua hal yang berkaitan dengan Arga, pake sebut-sebut nama Arga," omel Sandra menepuk pelan pundak Gia.
"Lo juga, nyiram bengsin ditengah kobaran api, nambah parah aja lo!"
"Gue sebagai teman yang baik kan cuman memberi nasihat," elak Sandra membela diri. Cewek itu masih sibuk dengan makanan di mulutnya sembari membersihkan remahan Snack di bajunya.
"Iya, nasihat yang menambah masalah. Lagipula, sampai dunia mau berubah kotak sekalipun, kayaknya bakalan sulit buat mereka akur," ujar Gia dengan tatapan terus tertuju pada layar ponselnya.
Sandra hanya menggelengkan kepalanya, antara setuju dan tidak. Karena baginya, kemungkinan bahwa Ratu dan Arganta untuk saling jatuh cinta itu tetaplah ada. Benci dan cinta itu perbedaannya tipis.
Perdebatan keduanya terhenti saat mendengar bunyi ponsel milik Ratu yang tergeletak diatas meja. Kedua cewek itu saling melotot lebar dengan pandangan yang tak percaya saat melihat nama si pemanggil yang tertera dengan sangat jelas di layar ponsel yang menyala.
Tiang listrik.
Jelas sekali jika itu adalah nickname yang diberikan Ratu untuk Arga.
"Udah, kita angkat aja. Siapa tau dia mau ngajakin Ratu dinner." Sandra dengan penuh semangat menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut. Tanpa berpikir apa yang akan terjadi padanya jika Ratu mengetahui apa yang mereka lakukan.
"Halo?"
Sandra berjingkrak senang saat mendengar suara Arganta diseberang telpon.
"Maaf Ga, Ratu lagi di kamar mandi, lo bilang aja perlu lo apa, pasti dengan senang hati gue sampein." Sandra nyengir manis ke arah Gia yang membalasnya dengan pelototan tajam sembari memberi isyarat tangan ke arah kamar mandi.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Queen
Novela JuvenilRatu Amaryllis Renjana. Sesuai dengan namanya, dia adalah ratu yang berada diatas segalanya. Cewek angkuh dengan segudang prestasi dan popularitas yang mengikutinya. Hidupnya benar-benar nyaris sempurna tanpa celah. Hobinya dalam mematahkan ha...