Sebelumnya author mau ucapin Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan 🙏🏻
Minal aidzin wal faidzin yaa
Maafin author yang publishnya selalu ngaret 😂•••••••
Ratu terus menggigit ujung jari kukunya dengan gelisah sejak Arganta masuk ke ruangan ICU, Ratu tidak sedetikpun mengalihkan pandangannya ke arah jendela ruang ICU yang masih tertutup rapat. Dia sudah berhenti menangis sejak sepuluh menit yang lalu, berkat bujukan dari Sandra dan Gia.
"Udah, Ra. Elo tenang donk, Arga pasti baik-baik aja." Gia mengelus pundak Ratu, berusaha menenangkan cewek itu.
"Gimana kalo Arga kayak gini gara-gara gue?" Ratu menatap Gia dan Sandra dengan kedua mata yang berkaca-kaca, nyaris akan kembali menangis.
Sandra segera menepuk bahu Ratu pelan. "Jangan gitu, bukan salah elo. Lagian kita nggak tau apa yang terjadi sama Arganta sampai dia bisa kayak gini. Mending elo tenang dan tunggu dokter keluar."
"Lebih baik kita berdoa semoga dia baik-baik aja." Gia menepuk punggung tangan Ratu.
Ratu hanya diam mendengarkan kalimat penenang dari kedua sahabatnya, sejenak merasa beruntung dalam hati karena memiliki sahabat seperti Sandra dan Gia. Ratu menundukkan kepalanya, memandangi lantai putih di bawah kakinya. Dia merasa bersalah karena telah membentak Arga dan membuat cowok itu menjadi marah padanya. Dia mulai berandai jika saja dia tidak mempertahankan sikap keras kepala dan kesombongannya, Arga tidak akan marah dan pergi meninggalkannya lalu berakhir seperti ini. Perasaan bersalah kian mendominasi hatinya.
"Gue emang egois banget. Dia khawatir sama gue, tapi gue justru bersikap bodoh dan kekanakan." Ada nada penyesalan dalam kalimat Ratu.
Sandra dan Gia saling berpandangan dengan wajah sedih. Tidak biasanya Ratu merasa menyesal seperti ini. Bahkan ketika cewek itu mengguyur air comberan ke tubuh Rendra sebagai bentuk kekesalannya, Ratu tak pernah menyesal sedikitpun. Apalagi ketika dia menolak dan mencampakkan semua cowok yang mengejarnya, tak ada penyesalan sedikitpun dalam sorot mata Ratu. Hingga sampai hari ini, pertama kalinya mereka melihat penyesalan di dalam mata Ratu karena apa yang dia lakukan.
Ratu terhenyak ketika pintu ruang ICU terbuka, seorang dokter berusia 50 tahun keluar dari ruangan tersebut, menghampiri ketiga cewek yang kini berdiri dari duduknya dengan wajah cemas. Mereka berharap bahwa Arga akan baik-baik saja.
"Bagaimana keadaannya, dokter?" Ratu mengajukan pertanyaan dengan tidak sabar.
"Keadaannya sudah membaik, dia akan dipindahkan ke ruang perawatan."
Dokter dengan name-tag Dr. Irawan itu mendesah pelan. Ada gurat kecemasan di wajahnya. "Kalian teman Arga?" tanyanya menatap tiga gadis remaja di depannya."Iya, apa yang terjadi dengan teman kita, dok?" Kali ini Gia yang menyahut.
"Bisa berbicara ke ruangan saya sebentar? Cukup salah satu dari kalian saja." Dokter itu memandang salah satu dari mereka, Ratu segera mengangguk menyetujui. Cewek itu lalu berjalan mengikuti dokter Irawan dibelakang punggungnya, meninggalkan Sandra dan Gia yang masih berdiri didepan ruang ICU dengan wajah penuh tanya.
Ratu mendudukkan tubuhnya di kursi yang terletak bersebrangan dengan dokter Irawan. Kedua tangan cewek itu yang saling tertaut, meremas dengan gelisah. Dia merasakan sebuah dejavu ketika duduk di hadapan dokter seperti saat ini.
"Apa Arga baik-baik aja, dok? Kenapa dokter meminta bicara disini?" Ratu kembali mengajukan pertanyaan dengan nada tidak sabar. Hatinya mulai diliputi ketakutan. Dia seakan tidak siap jika harus mendengar sesuatu yang tak pernah dia bayangkan. Sama seperti lima tahun lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Queen
Novela JuvenilRatu Amaryllis Renjana. Sesuai dengan namanya, dia adalah ratu yang berada diatas segalanya. Cewek angkuh dengan segudang prestasi dan popularitas yang mengikutinya. Hidupnya benar-benar nyaris sempurna tanpa celah. Hobinya dalam mematahkan ha...