02. Disparancy

1.4K 91 3
                                    

Seperti air dan api, siang dan malam, baik dan buruk. Sama halnya benci dan cinta, keduanya saling bertentangan, namun tak bisa dipisahkan.

---My Perfect Queen---

Suasana kantin siang itu lebih ramai dari biasanya. Arganta yang duduk di mejanya bersama Raka dan Dio, di hampiri oleh tiga cewek dengan dandanan bak model majalah. Cewek pertama berambut panjang yang dicat coklat terang, menyapa Arganta dengan senyum lebar. Seragam mereka sedikit minim untuk ukuran siswi SMA yang normal.

"Gue boleh gabung nggak?" Sudah bisa dipastikan jika tujuan Grace adalah Arganta, yang sama sekali tidak menatap ke arahnya.

"Sini-sini, Grace!" Bukannya Arganta yang menanggapi pertanyaan Grace, melainkan Raka yang duduk disamping Arganta. Cowok itu menepuk tempat kosong disebelahnya. "Disamping abang Raka kosong kok, slalu ada tempat buat Gracie tersayang." Raka mengedipkan sebelah matanya menggoda Grace. Hal rutin yang tidak akan pernah ia lewatkan setiap kali berhadapan dengan cewek yang popularitasnya masih kalah dari Ratu.

Meski keduanya sama-sama cantik, namun popularitas Grace berbanding terbalik dengan Ratu. Jika Ratu terkenal dengan wajah cantiknya, presentasi, dan hobinya yang mematahkan hati cowok. Berbeda dengan Grace, dia terkenal karena begitu terobsesi dengan Regan, si bule ganteng yang populer di sekolah.

"Eh, mulut ember! Minggir lo sana! Gue mau duduk sebelah Arga!" Grace mendorong Raka menjauh.

"Wahh, jadi sekarang lo udah nyerah ngejar Regan dan beralih ke Arga? Nggak tau malu banget sih lo Grace," timpal Dio yang duduk di depan Arganta.

"Wahh gue juga mau lo kejar, gue nggak bakal lari kok Gracie." Lagi-lagi Raka menggodanya dengan panggilan itu.

"Jangan panggil gue Gracie, najis lo!"
Grace melotot sebal. Dia kembali memandang Arga yang sibuk menikmati baksonya.

Raka justru tersenyum lebar. "Aduhhh jangan gitu dong, itu 'kan udah kesepakatan kita berdua sebelum nanti jadian." Raka mengedipkan sebelah matanya.

"Siapa yang mau jadian sama lo?" sengit Grace.

"Lo 'kan mau." Tunjuk Raka.

"Nggak akan!" tolak Grace mentah-mentah.

"Nggak akan nolak maksudnya?" Raka semakin getol menggoda Grace.

"Dih najis gue sama mulut kompor kayak lo!"

"Sekarang najis, besok-besok pasti manis. Bentar lagi juga kita pasti jadian." Raka tersenyum manis yang semakin membuat Grace misuh-misuh.

"Mimpi aja lo tukang pe-de!"

"Setiap hari gue udah mimpi, dan cuman lo yang ada dalam mimpi gue."

"Bodo amat!"

"Aduhh.. nggak boleh emosi, cepat tua lo." Tawa Dio dan Raka benar-benar pecah melihat wajah Grace yang sudah merah padam karena menahan kemarahannya.

Grace benar-benar kesal sendiri karena tingkah Raka, cowok itu selalu bisa membuat tensi-nya naik setiap kali mereka bertemu. Namun demi mendekati Arganta, Grace tidak masalah dengan kehadiran Raka, toh dia bisa menganggap Raka sebagai pajangan dinding.

Mencoba mengabaikan Raka, Grace kembali meminta perhatian Arganta.
"Ga, lo pulang sekolah ada acara nggak?"

"Nggak ada." Arganta menjawab dengan suara yang begitu datar.

Senyum diwajah Grace terkembang sempurna. "Kalo gitu, kita nonton yuk. Ada film baru dan gue pengen ngajak lo nonton."

"Ada temen lo." Arganta menggedikkan dagunya pada Jenny dan Bella.

My Perfect QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang