06. Scramble

819 73 4
                                    

Benci dan cinta itu perbedaannya sangat tipis. Jika sesuatu yang kamu mulai dengan perasaan benci, bisa jadi suatu saat nanti, akan berakhir dengan cinta. Sesederhana itu.

---My Perfect Queen---

Ujian akhir semester masih terhitung satu bulan lagi, namun Ratu sudah menyiapkan segalanya dengan belajar mati-matian. Ia tidur larut malam dan bangun pagi-pagi sekali, bahkan beberapa hari ini Ratu lebih memilih tinggal didalam kamarnya bersama dengan tumpukan buku-bukunya, dibandingkan menerima ajakan Sandra dan Senna untuk pergi belanja atau sekedar nongkrong di Starbucks.

Ratu tidak ingin menerima kekalahan, sekalipun dia sangat yakin bahwa peringkat pertama akan kembali jatuh padanya. Karena dia adalah ratu, Ratu Amaryllis Renjana. Ratu yang akan selalu menjadi nomor satu dimanapun ia berada. Namun, itu adalah pemikirannya sebelum ia bertemu beberapa hari yang lalu dengan Arganta di taman kota. Kata-kata Arganta benar-benar seperti sebuah penghinaan untuknya.

Ratu menguap untuk kedua puluh kalinya ketika langkahnya memasuki ruang kelas yang sudah dipenuhi oleh beberapa siswa. Penampilan cewek itu sedikit berantakan dari biasanya. Surai hitam panjangnya diikat dengan asal-asalan. Lingkaran hitam di bawah matanya, semakin menjelaskan kondisinya saat ini.

Sandra yang sudah duduk di kursinya, sedikit melongo mendapati penampilan Ratu pagi ini. Pasalnya, cewek bermata coklat terang itu selalu mengutamakan penampilannya setelah gelarnya sebagai siswa pintar dan si nomor satu.

Mengabaikan tatapan Sandra yang bukan lagi menjadi hal yang langka baginya setiap kali ia memilih begadang semalaman untuk belajar. Ratu segera mendudukkan dirinya di samping teman sebangkunya tersebut setelah ia melirik sekilas ke arah meja Arganta yang terlihat kosong. Tak menemukan cowok menyebalkan itu disana.

Ratu menggeleng pelan, memang apa pedulinya dia kemana cowok itu pergi? Itu sama sekali bukan menjadi urusan Ratu.

Sandra masih terus menatapnya dengan raut wajah keheranan yang sedikit di lebih-lebihkan, seolah ia baru saja melihat anak singa keluar dari kandangnya. Menyadari tatapan Sandra, cewek yang dipandangi itu mendengus kesal.

"Kenapa lo melotot gitu? Nggak pernah liat orang yang habis begadang semalaman?" sungut Ratu dengan tatapan sengit, menyadarkan Sandra.

Ratu meletakkan kepalanya di atas meja sembari memejamkan matanya sejenak. Satu Minggu terakhir, jadwal tidurnya sedikit berantakan. Dan ini semua karena cowok bernama Arganta Dirgara Putra. Jika saja Arganta tidak menyamai nilainya hampir di semua mata pelajaran dan karena taruhannya dengan Arganta, Ratu pasti masih memiliki waktu untuk merawat kukunya yang cantik.

Ahh! Dia sekarang jadi membiarkan kukunya tak terawat.

Arganta benar-benar membuat hidupnya yang tenang, menjadi sangat berantakan.

Sandra nyengir lebar. Cewek itu beringsut mendekati Ratu yang tengah memejamkan matanya.
"Kok lo sampe segininya sih? Terobsesi banget ya buat ngalahin Arga? Kalo gue jadi lo, mendingan gue pura-pura kalah aja, biar bisa jadi ceweknya Arga. Lumayan 'kan, dia juga cakep dan pinter lagi. Dia itu---akh!"

Sebuah pukulan keras mendarat di atas kepala Sandra, menghentikan kalimat Sandra yang terdengar seperti kutukan nenek sihir bagi Ratu. Cewek itu menegakkan tubuhnya, mengabaikan ringisan Sandra dan tatapan protes cewek penggemar warna pink tersebut.

"Emang siapa sih yang nggak pengen lo jadiin pacar? Yang ada dalam otak lo kan cuman cowok doank," gerutu Ratu dengan wajah dua kali lebih kesal dari sebelumnya, cewek itu memutar jari telunjuknya diudara dan menujuk wajah Sandra. "Tapi lucunya, lo itu tetap aja ngejomblo," cibir Ratu.

My Perfect QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang