CHAPTER 3

1.6K 76 1
                                    

Pagi-pagi sekali Anya sudah bersiap menuju sekolah dan turun sambil meneteng tasnya menuju meja makan yang sudah terisi oleh ayah dan kakaknya.

"Pagi". Ucap Anya.

"Pagi putri ayah".

"Pagi ubur-ubur". Ucap Abim kakak Anya yang bernama lengkap Abimanyu Wijaya.

Pria berkulit putih yang sama dengan Anya, mata nya bulat sendu dan sifatnya yang hangat membuat keluarga kecil itu selalu dalam kehangatan, Abim selalu berperan menjadi ibu kedua bagi Anya setelah ibunya tiada.

Berbeda saat diluar Abim akan menjadi cowok dingin dan tidak peduli dengan sekitar, matanya menjadi tajam menusuk. Para wanita selalu berusaha mendekati Abim namun ia tidak pernah meliriknya sama sekali.

"Ck!, Anya nama gue Anya". Ucap Anya dengan cemberut.

Abim terkekeh melihat wajah Anya yang tampak imut lalu mengacak rambutnya.

"Tu kan!!! Berantakan lagii!".

"Sudah-sudah kalian ini selalu saja". Ucap Handoko.

Setelah itu Anya beegreas menghabiskan sarapannya dan keluar bersama Handoko dan Abim.

Diluar sudah ada Dion dan Reza yang menunggu.

"Hai om". Ucap Reza lalu bersalaman dengan Handoko disusul oleh Dion.

"Eh bang Abim tambah ganteng aja".

"Dihh baru tau Lo". Jawab Abim dengan angkuhnya.

"Yaudah yah aku berangkat dulu ya". Ucap Anya bersalam.

"Ati ati Lo". Ucap Abim.

"Iya bawel!".

"Jagaian Adek gue ya!, Kalo kegores dikit aja gue kasih ini". Ucap Abim ambil mengacungkan kepalan tangannya.

"Siap komandan!!!". Ucap Reza dan Dion serentak dengan sikao hormat.

Mobil mereka melaju menuju SMA DERMAGA sekolah swasta dari kalangan elite.

Seperti biasa saat Anya, Reza dan Dion turun. Semua mata tertuju dengan mereka, pertemanan yang awet oleh dua orang yang good rekening dan good looking itu membuat iri semua orang kecuali Dion yang mukaanya pas pas an juga wajahnya yang datar.

Kayaknya Reza sama Anya mabuk pas mau temenan sama Dion. Itulah yang sering di katakan orang- orang.

Anya masuk kekelasnya bersama Reza dan Dion sambil berbincang dan bergurau.

Pelajaran pun dimulai dengan matematika, pelajaran yang paling di benci oleh Anya, ia selalu melihat kejam tangannya menantikan waktu yang begitu lama..

Hingga akhirnya jam istirahat datang,

Murid-murid berhamburan keluar menuju kantin sekolahan.

Seperti biasa Anya Reza dan Dion duduk di kursi pojok dengan memesan bakso.

"Lo berdua tau nggak?". Ucap Anya.

"Enggak". Jawab mereka berdua.

"Ya iya gue belum ngomong!".

"Kemaren pas gue pulang dirumah ada cowok keren ganteng +++". Tambahnya.

"Busettt sampe +++ ya siapa tu?". Tanya Reza.

"Temen papa gue dadi Italia, gila baru kali ini gue liat cowok ganteng".

"Ppffttt... Sekarang Lo seleranya om-om nya?". Ucap Dion.

"Ck!, Lo belum pernah liat orangnya sihh, tapi sayang banget udah bini sama anak". Ekspresi Anya langsung berubah sedih.

"Yhaaaa! Ini yang namanya patah hati padahal belum dimulai hahaha bangke". Tawa Reza disusul Dion.

"Jiwa-jiwa kegatelan gue bangkit".

"Astagfirulloh anyaaa sadar nya bismillah nya gabaik!". Ucap Reza.

"Istighfar ejaaaa!". Ucap Anya.

"Tolol dipelihara ya gini". Sambung Dion.

***

Bram tersenyum menyambut dan memeluk anaknya yang masih berusia 5tahun dibandara.

Anak mungil itu berlari saat melihat ayahnya tersenyum dan melambai kearahnya.

Ia langsung memeluknya seolah sudah lama tidak bertemu.

"Oh putri ayah, ayah kangen... Lucy kangen nggak sama ayah?".

"Kangen dong".

Lili hanya menatap dengan datar.

"Kita makan dulu ya sayang". Ucap Bram sambil menggendong lucy.

"Iya". Jawab lili singkat.

Mereka makan dengan penuh keheningan hanya terkadang suara lucy yang terdengar.

Keluarga kecil yang sudah kehilangan separuh kebahagiannya, hingga masih bertahan karena peri kecil mereka.

Setelah itu mereka menuju rumah baru yang tepat berhadapan dengan rumah Anya.

"Bagus kan rumahnya yang". Ucap Bram.

"Biasa aja".

Bram langsung menurunkan senyumannya.

"Bagus kok yah Lucy suka!".

Namun ia kembali tersenyum mendengar perkataan dari Lucy, anak kecil yang selalu membuatnya tersenyum dengan tingkahnya dan selalu membuat Bram melepas lelahnya, Lucylah alasan untuk membuat lili tetap disisi Bram walau ia sudah tidak mencintai Bram lagi, Bram terus berusaha memperbaiki hubungannya dengan lili namun lili terus saja mengabaikannya.

Lucy langsung tertidur karena lelah dikamarnya,lili turun kebawah setelah meletakkan Lucy.

"Kamu nggak istirahat?". Tanya Bram saat melihat wanita yang masih ia cintai itu turun.

"Urus saja diri lo sendiri jangan buat gue semakin muak sama lo!". Ucap lili.

Kata-kata yang keluar dari mulut istrinya itu langsung membuat hati Bram hancur, ia selalu mengharapkan sosok lili yang hangat dan selalu berkata manis padanya.



















Capt kali ini lebih ke kehidupan Bram si sebenarnya gimana pengorbanan Bram dan betapa sabarnya dia nenghadapi istrinya untuk anaknya.

Oke jangan lupa vote dan komen ya!, Buat aku semakin semangat buat up...

Byeee sampai bertemu di capt berikutnya><.

Uncle BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang