Besoknya Anya sedang duduk di bangkunya sambil mengetuk-ngetuk meja dengan bolpoinnya.
"Aku benci matematika!". Lirihnya.
"Anak-anak kita akan kedatangan murid baru hari ini". Ucap guru yang baru datang.
Semua siswi langsung gempar dengan berita siswa baru seorang pria tampan, tapi tidak dengan Anya yang masih duduk tenang dan tidak peduli dengan sekitar.
Pria berkulit putih dan tinggi memasuki kelas dengan gayanya yang meneteng tas hanya sebelah, dasinya dibiarkan berantakan.
"Vino, Vino Bastian". Ucap pria itu.
Semua siswi kagum dengan ketampanan Vino apalagi kabarnya ia adalah anak dari Valerio Bastian, perusahaan dalam bidang meubel yang sudah terkenal hingga luar negeri.
"Vino bisa duduk di bangku kosong sebelah Anya".
Reza dan Dion yang berada di belakang Anya langsung memasang wajah masam dengan gelagat Vino.
"Masih juga keren gue!". Ucap Dion.
"Iya, masih tampan gue juga". Ucap Reza.
Vino duduk disamping Anya yang sama sekali tidak menghiraukannya.
"Gue vino!". Ucap Vino mengajukan tangannya.
Anya melirik kearahnya.
"Lo bicara sama gue?". Ucap Anya.
Vino mengangguk tersenyum.
"Lo gak denger tadi Bu Alya bilang nama gue?". Ucap Anya lalu kembali fokus pada bukunya.
"Emm oke, Anya". Ucap Vino.
"Menarik juga". Batin Vino.
.
.
.
Jam istirahat tiba seperti biasa Anya dengan kedua temannya itu pergi menuju kantin.
"Gue gabung dong!". Ucap Vino.
Anya, Dion dan Reza terus melanjutkan langkah mereka tanpa menghiraukan Vino.
"Gue bayarin deh". Susul Vino.
"Setuju!". Jawab Dion sama Reza.
"Woiii mata duitan Lo dasar!". Ucap Anya.
Mereka duduk di bangku pojok kantin sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Lo anak pengusaha itu kan meubel?". Tanya Dion.
"Ya gitu lah".
"Wahhh kalo gaada temen gabung sama kita aja santai aja". Timpalnya.
Anya hanya diam sambil terus mengutuk kedua temannya yang mata duitan itu.
Vino tersenyum menang kearah Anya.
"Dihhh...".
Tidak lama pesanan mereka tiba...
***
Bramantyo, duduk di kursi kebesarannya dengan kacamata mengutak Atik laptop didepannya dengan serius.
"Lo ada rapat nanti malem ya sama si Handoko". Ucap Adit, Sekertaris sekaligus sahabat Bram.
"Wahhh sama bos gaada sopan-sopannya Lo ya". Ucap Bram.
"Gaada siapa-siapa juga santai lah, Lo mau kaku Mulu!". Ucap Adit.
"Serah Lo!".
Tidak selang lama ponselnya bergetar.
"Hallo. Baiklah saya akan segera kesana".
"Kenapa?".
"Lucy belum di jemput, gue kesana dulu ya".
"Oke!".
Sampainya di sekolah Lucy.
"Terimakasih telah menjaga anak saya". Ucap Bram.
"Sama-sama itu sudah tugas saya". Jawab Bu guru.
"Ayo Lucy kita pulang".
Mobil melaju menuju rumah.
Setibanya di rumah Bram langsung menitipkan lucy ke pembantu rumahnya.
"Bawa kekamar ya bi, Lucy udah cape kayaknya".
"Baik tuan".
Bram merogoh saku celananya mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi atau sedang berada diluar jangkauan silahkan coba beberapa saat lagi.
"Liliii, Lo kemana si bisa bisanya lupa jemput Lucy terus gabisa dihubungi!". Gerutu Bram.
Ditempat lain lili sedang duduk santai disebuah vila dengan segelas oranye juice ditangannya.
Pada penasaran sama visualnya nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle Bram
RomanceFollow dulu sebelum baca ya!🤗🙏 Happy reading ❤️ Anya Anastasya Wijaya, seorang wanita yang tak pernah jatuh cinta tiba tiba menyukai pria seumuran dengan papanya, namun beberapa konfik permasalahan selalu muncul dalam kisah cintanya ditambah denga...