"Anyaaaa!!!". Teriak seseorang dari luar yang langsung membuka pintu ruang game tempat Anya dan Bram berada.
Sontak Anya dan Bram langsung menjauh hingga Bram terjungkal ke bawah sofa karena didorong kuat oleh Anya, sedangkan Dion dan Vino yang terkejut atas pemandangan tadi langsung berbalik badan.
"Gue nggak liat tenang aja gaes!". Ucap Dion.
"Bangsat lo! Kan bisa ketuk dulu!". Ucap Anya lalu turun membantu Bram yang jatuh saat ia dorong tadi.
"Yaaa sorry kan efek kangen banget lagian bang Abim juga nggak bilang ada uncle disini." Terang Dion.
Anya melupakan hal tadi dan langsung memeluk Dion dan Vino bersamaan.
"Kalian kemana aja?".
"Maafin gue nya nggak bisa jagain lo." Ucap Dion.
"Maafin gue juga." Ucap Vino sambil mengelus puncak kepala Anya.
Anya mendongakkan kepalanya untuk bisa melihat wajah kedua temannya itu, kedatangan kedua pria ini sudah cukup bagi Anya untuk menyembuhkan luka dihatinya.
"Ehemmm jangan cari kesempatan ya." Ucap Bram sambil mengedarkan pandangannya, sudah terlihat diwajahnya kecemburuan itu.
Anya terkekeh lalu melepaskan pelukannya.
"Yaelah om pelit amat, kita kan kangen, kangen bangetttt sama ni anakkk." Ucap Dion sambil mencubit kedua pipi Anya.
"Awww." Anya mengelus pipinya yang merah sedangkan Dion tertawa senang.
Dion dan Vino disini berkat usaha Abim, ia bisa dengan mudah mendapatkan kontak mereka. Sebelum masuk keruangan game Dion dan Vino juga sudah tau apa yang dilakukan Reza pada Anya, padahal Reza sudah tau Anya memiliki mental yang lemah tapi ia malah melakukannya, hal ini yang membuat Dion dan Vino begitu geram.
Bram menarik dan memeluk posesif pinggang Anya sebagai tanda kecemburuannya.
"Iya iya astagaaa punya om iya." Ucap Dion dengan sedikit kikikan melihat hal itu sedangkan Anya malah tersipu.
Berbeda dengan Dion, Vino merasakan hal berbeda saat melihat Bram, entah apa itu dia selalu merasa memiliki kedekatan yang lebih pada pria didepannya.
Handoko yang sedari tadi juga dirumah ikut menyusul, matanya melotot kearah Bram saat melihat tangannya begitu percaya diri melingkar di pinggang putrinya.
"Hehhh lepasin itu tangan pede banget lo peluk-peluk anak gue!". Ucap Handoko lalu melemparkan bantal kearah Bram.
"Rusuh banget lo tuaaa biarin lah pacar gue!". Jawab Bram tak mau kalah dan malah lebih mengeratkan pelukannya.
"Apa lo bilang tuaaa!!! Sini lo. Apa juga tadi pacarr?! Sini lo gue geprek juga lo ya!". Handoko kembali melempari Bram dengan bantal begitu juga Bram yang langsung mengambil bantal yang berada di sofa sampingnya.
"Bajingan udah tua banyak tingkah!". Teriak Bram.
"Anjir malah perang!". Ucap Dion yang sudah menjauh menyelamatkan diri bersama Anya dan Vino.
"Koleksi gueee." Ucap Anya mengacak rambutnya frustasi melihat ruangannya akan hancur dalam sehari.
Sedangkan Bram dan Handoko masih sibuk perang bantal hingga isinya berhamburan kemana-mana memenuhi sisi ruangan.
"STOPPP!!!"
Anya berteriak tidak tahan melihat dua pria dewasa ini bertengkar seperti anak kecil.
Sekarang Handoko dan Bram duduk di sofa ruang tamu berjejeran, namun saling membuang muka dengan Anya yang setia didepan mereka sedang tatapan tajam mengintimidasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle Bram
RomanceFollow dulu sebelum baca ya!🤗🙏 Happy reading ❤️ Anya Anastasya Wijaya, seorang wanita yang tak pernah jatuh cinta tiba tiba menyukai pria seumuran dengan papanya, namun beberapa konfik permasalahan selalu muncul dalam kisah cintanya ditambah denga...