CHAPTER 68

556 14 0
                                    

Bulan purnama sempurna bertengger dilangit bersama dengan bintang-bintang yang tak pernah redup, suara binatang malam saling bersahutan seolah bernyanyi menikmati malam.

Begitu juga sepasang insan yang sedang duduk menatap layar tv. Anya berada di kamar Bram untuk menonton film, semua orang telah pulang setelah malam malam dan Anya memilih untuk ikut dengan Bram untuk sekedar menonton tv menghabiskan waktu bersama karena akhir-akhir ini Anya begitu sibuk dengan skripsinya.

Bram begitu khidmat menonton film action yang dipilih wanita kecilnya, posisi Bram sekarang tiduran dengan paha Anya sebagai bantalnya. tak ada suara selain dari tv yang menampilkan tembak - menembak itu, suasana malam juga lampu remang berhasil menambah kesan.

Hingga tak disangka sebuah adegan romansa masuk dalam film tersebut tanpa diduga yaitu ketika sang pelaku mencium korbannya yang tak lain adalah mantan kekasihnya, adegan itu sukses membuat Anya terkejut apalagi ia sedang dengan Bram saat ini.

"Kau mau?" tanya Bram.

"hahhhh?".

bisa dibayangkan bagaimana ekspresi Anya sekarang, "Bagaimana dia menanyakan hal itu dengan ekspresi datar seperti itu". batin Anya.

Bram bangkit dari posisinya hingga wajahnya berada setara dengan wajah Anya, Anya mundur namun semakin dia mundur Bram akan semakin mendekatkan wajahnya hingga posisi Anya sekarang sudah berada di bawah Bram. Jantung Anya berdegup tak karuan saat melihat Bram yang berada diatasnya, wajah bram tidak begitu telihat karena hanya terkena penerangan pada tv, namun karena itulah yang membuat Anya ngeri.

Bram tersenyum saat melihat Anya sudah menutup matanya, padahal ini bukan yang pertama kali Bram menciumnya tapi anak ini tetap saja malu untuk menatapnya.

Bram menempelkan bibirnya pada bibir Anya, cukup lama tak ada pergerakan dari Anya membuatnya langsung saja melumat bibir kecil itu, perlahan Anya membalas ciuman Bram membuat sang empunya semakin bersemangat. Bram memperdalam ciumannya menghitung tiap-tiap gigi Anya, Anya yang sudah larut dalam gairah mulai menyisir rambut bram dengan sensual membuat Bram semakin menjadi-jadi.

Bram melepaskan tautannya untuk memberi jeda pada Anya yang kualahan.

"kenapa kau selalu lupa bernafas." bisik Bram

Bram melanjutkan ciumannya, tangannya sudah berada ditengkuk leher Anya untuk memperdalam ciumannya yang semakin memanas, menggigit sedikit bibir kecil itu dengan gemas membuat Anya sedikit mendesah.

"maaf." ucap Bram.

Anya bisa melihat mata yang biasanya tajam berubah menjadi sayu di bawah lampu remang dengan senyum tipis menghiasinya, tak sadar Anya membelai pipi pria di depannya lalu sebuah kecupan menyadarkannya.

"Uncle." panggil Anya sambil melirik bawah saat merasakan sesuatu benjolan yang sudah mengeras dari tadi.

"Jangan hiraukan, aku tidak akan melakukannya hingga keponakanku ini menjadi istriku." Ucap Bram lalu membawa Anya kedalam pelukannya.

Anya sudah ngeblush seperti udah rebus dalam dekapan Bram, tubuh pria ini begitu menghangatkan tubuhnya, nyaman sekali hingga lama-lama ia bisa terlelap begitu saja.

Bram yang merasa pelukan Anya mengendurpun langsung melihatnya, ia tersenyum saat melihat wanita kecilnya sudah terlelap begitu damai. Akhirnya Bram pun mematikan tv lalu menggendong Anya ke tempat tidur bersamanya, membawa kembali tubuh kecil itu kedalam dekapannya lalu untuk menyusul sang kekasih yang sudah dulu pergi ke alam mimpi.

Diluar dugaan, sudah 30 menit Bram memejamkan matanya namun ia tak bisa tertidur karena adiknya yang masih bagun.

"shit."

Uncle BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang