Sore menjelang malam seorang pria tiba disebuah rumah kontrakan dengan cat putih yang sudah usang di sebuah pemukiman padat, tangannya menenteng sebuah plastik hitam dengan senyuman mengambang saat tiba.
Krietttt...
Derit suara pintu reot saat tangan kasar itu mendorongnya terbuka.
"Aku pulang Bu," ucap Vino langsung masuk menuju kamar diujung.
Terlihat seorang wanita tua terbaring di ranjang tua namun masih tampak kuat sambil tersenyum menyapa putranya.
"Aku cuci tangan dulu Bu terus ibu makan ya," ujar Vino tersenyum sambil mengangkat plastik yang ia bawa tadi.
Sang ibu mengangguk setuju, penyakit yang ia derita membuatnya tak bisa beranjak dan mengharuskan putranya itu menjadi tulang punggung dimasanya kuliah.
Vino datang dengan piring ditangannya lalu duduk di kursi, meletakkan piring diatas nakas kemudian membantu ibunya duduk bersandar.
Menyuapi sang ibu dengan ikhlas dan penuh kasih sayang, lelahnya seakan hilang saat melihat senyum wanita didepannya."Nak kamu nggak makan?," Tanya ibu Vino.
Vino tersenyum, "Vino sudah kenyang Bu."
Tangan sang ibu terjulur mengambil sesendok suapan lalu menyodorkan pada Vino.
"Aku itu ibumu, makanlah kita makan sama-sama,"
Mata Vino memanas hingga mengeluarkan cairan bening lalu menerima suapan dari sang ibu.
"Maafkan Vino Bu, Vino cuma bisa beli satu bungkus". Ucap Vino menunduk, suaranya terdengar bergetar.
"Nggak papa nak, ibu malah senang bisa makan sepiring berdua. Maafin ibu juga gara-gara ibu kamu nggak bisa kuliah," ucap sang ibu sambil menggenggam tangan kasar anaknya yang penuh plester.
Setelah makan selesai Vino hendak mengambil obat ibunya di laci nakas namun ia malah melihat sebuah foto ibunya memangku seorang bayi dengan seorang laki-laki di sampingannya.
"Ini foto siapa Bu?," Tanya Vino
Ibunya terlihat terdiam sejenak tampak memikirkan sesuatu hingga akhirnya menghela nafas pelan.
"Sebenarnya kamu punya kakak Vin, dan laki-laki itu ayahmu," ucap sang ibu.
Vino menatap ibunya tak percaya, lalu pandangannya kembali ke foto ditangannya. Seorang bayi laki-laki itu nampak tersenyum kearah kamera mengenakan kalung dengan liontin huruf B.
Mata Vino menyempit untuk melihat lebih jelasnya benar sekali kalung itu berbentuk huruf B.
"Kayak nggak asing," gumam Vino.
"Terus sekarang dia dimana bi?," Tanya Vino.
Dulu ibu meninggalkannya di panti asuhan dan saat ibu kembali untuk menjemputnya ternyata dia sudah diadopsi oleh orang luar negeri, ibu sudah berusaha mencarinya namun hasilnya nihil semuanya sia-sia," jawabnya dengan Isak.
"B? Siapa namanya?,"
"Brian, Brian Morgan namanya,"
Vino memeluk tubuh kurus ibunya mencoba menenangkan sang ibu, ia tau ibunya juga menyesal melakukannya. Sebenarnya Vino ingin sekali bertanya mengapa ibunya sampai meninggalkan kakaknya dulu di panti namun, ia mengurungkan niatnya agar sang ibu tenang terlebih dahulu.
***
Bram keluar dari kamar mandi setelah membersihkan badannya, menggosok surai hitamnya yang basah lalu berbaring di ranjang.
Matanya lurus menatap langit-langit kamar, tangannya beralih menggenggam kalung yang melingkar disana sejak ia kecil. Hatinya selalu penasaran akan wajah buram yang selalu masuk kedalam mimpinya kenapa tidak begitu jelas gambaran sosok wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle Bram
RomanceFollow dulu sebelum baca ya!🤗🙏 Happy reading ❤️ Anya Anastasya Wijaya, seorang wanita yang tak pernah jatuh cinta tiba tiba menyukai pria seumuran dengan papanya, namun beberapa konfik permasalahan selalu muncul dalam kisah cintanya ditambah denga...