CHAPTER 60

731 38 2
                                    

"gue perlahan udah maafin Eja jadi gue harap jangan ada yang ungkit masalah itu lagi, kita sahabatan udah lama dan masalah apapun itu nggak akan ngerubah kalo kita pernah sama-sama dulu." Ucap Anya.

Tangan Bram melingkar posesif di pinggang Anya saat mata Reza menatap Anya seolah menunjukkan bahwa sudah tidak ada ruang untuknya bersaing mendapatkan Anya.

"Awas lo jangan deket-deket Anya, kalo nggak abis Lo!". Ancam Dion.

Vino sekali lagi harus memegangi tangan Dion agar tidak mendarat dengan kasar di wajah Reza.

***

Malam sudah larut, Lucy yang sedari tadi bersama bi Sri pun sudah tertidur di kamar tamu. Para tamu sudah pergi menyisakan keluarga inti dan teman Anya yang tak luput dari Vino dan ibunya.

Anya dan Bram sedang berada di taman, meneguk sedikit minuman agar merilekskan otot yang sedari tadi tegang tak mau merenggang.

"Nya lo dipanggil bang Abim buat makan malam." Ucap Vino didepan pintu.

Anya yang sedang asyik berbincangpun langsung menoleh.

"Oke."

"Anya masuk dulu ya uncle, nanti nyusul." Ucap Anya.

Bram mengangguk sambil tersenyum.

Setelah Anya masuk Vino menghampiri Bram yang masih di posisinya.

"Temuilah ibu." Ucap Vino.

"Ibuku berada di Paris." Ucap Bram, dia berbalik meninggalkan Vino.

"Umurnya tidak lama lagi, jangan buat dirimu menyesal untuk kedua kalinya." Timpal Vino.

Bram memberhentikan langkahnya, "aku tidak peduli." Ucap Bram tanpa menoleh lalu kembali berjalan kedalam menyusul Anya.

Vino menghela nafas panjang, meneguk kembali alkohol yang terasa membakar tenggorokannya lalu turut ikut masuk berkumpul dengan yang lain.

Didalam semua orang tengah menikmati makan malam dilengkapi omong kosong Dion yang mengundang tawa. Vino melihat ibunya tampak membawa minuman lalu mengayuh kursi roda dengan tangan rapuh tinggal tulang kearah Bram yang berada di samping Anya.

"Kamu kepedasan ya, ini minumnya nak Brian." Ratna sangat bersemangat menyodorkan minuman untuk anaknya itu.

"Tidak, terima kasih." Penolakan Bram tidak mempengaruhi usaha sang ibu.

"Ayo minum Brian, jika tidak lidahmu akan terbakar nantinya."

"SUDAH KUKATAKAN, AKU TIDAK MAU!". Bentak Bram di susul dengan suara gelas yang jatuh membentur lantai hingga pecah membuat semua orang terkejut bukan main.

Bugh.

Vino langsung melayangkan pukulan pada Bram hingga tersungkur kelantai. Cairan merah kental keluar dari sudut bibirnya, rahangnya.

"Uncle!". Seru Anya lalu membantu Bram berdiri, sedangkan Dion dan Abim sigap menahan Vino yang sudah memerah terbakar emosi.

"Nak Vino sudah tenangkan dirimu, jangan hancurkan acara kakakmu." Ratna sudah dibanjiri air mata, bentakan Bram begitu membekas ditambah melihat kedua anaknya terpecah dan saling melukai.

"Kakak?". Ucap Handoko yang mendengarnya.

"LEPASKAN AKU! BIARKAN AKU MEMUKUL KEPARAT ITU!". Vino berteriak dan terus memberontak hingga Dion dan Abim yang memeganginya kewalahan, semuanya tampak terkejut melihat Vino yang brutal karena biasanya dialah yang paling tenang dan damai. Anak yang sangat menjaga sikap tanpa harus menyelesaikan masalah dengan emosi.

Uncle BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang