CHAPTER 13

1K 53 0
                                    

Anya sedang duduk di balkon seperti biasa sambil memainkan ponselnya, berfikir apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

"Apa uncle bakal percaya?".

"Gue sembunyiin dulu kali ya, gue harus cari bukti lebih". Ucap Anya sendiri.

Sebuah notifikasi mengambang di layar gawai Anya oleh nomor tak dikenal.

[Gue nih]
[Orang terganteng sedunia]
[Save yak]
[Nyaaa!]
[Njir gue di kacangin]

Anya memutar mata jengah lalu melempar ponselnya ke atas kasur.

***

"Ibu...".

"Diamlah aku bukan ibumu!".

Wanita itu meninggalkan anak kecil dengan ranselnya di depan rumah yang tak begitu besar bertuliskan "panti asuhan".

Air mata terus mengalir, tubuhnya menggigil ketakutan sambil terus memanggil ibunya yang pergi meninggalkannya.

Deg!

Bram membuka matanya.

Ia duduk menyandarkan tubuhnya lalu menutup wajahnya yang basah karena keringat bercampur air matanya.

Kilasan masalalunya terus muncul dalam mimpinya yang membuatnya trauma dan tertekan akan ditinggalkan oleh orang yang ia sayang.

Tangannya membuka laci nakas disamping tempat tidurnya, sebuah foto yang telah usang menampilkan anak laki-laki kecil dengan seorang wanita yang menggendong balita.

Tujuannya kembali ke Indonesia bukan hanya sekedar pindah namun juga untuk bisa menemukan sosok ibunya.

Ditempat lain Anya bangkit dari rebahannya,

"Kok gue nggak bisa tidur ya?". Ucap Anya berjalan menuju balkonnya.

Melihat pemandangan malam dan menikmati angin yang semilir.

Matanya terpaku saat melihat Bram berada di bawah dan tersenyum padanya.

Anya melambaikan tangannya.

"Tunggu uncle aku akan turun!". Teriak Anya yang langsung berlari menghampiri Bram.

Nafasnya memburu saat berada didepan Bram saat ini, wajah tampannya tampak murung, matanya sendu, senyumannya pudar.

" Uncle baik baik saja?, Apa uncle kesulitan tidur? Aku akan mem.....

Belum sempat ia menyelesaikan perkataannya tiba tiba Bram memeluk tubuh Anya yang membuat Anya terkejut.

"Aku takut, aku sangat takut". Lirih Bram sambil terisak.

Perlahan walau ragu Anya menepuk lembut punggung Bram.

"Tidak apa apa, tidak akan ada yang terjadi, menangislah, uncle tidak perlu menyembunyikan nya dariku".

Bram semakin mempererat pelukannya.

"Ada apa ini?, Kenapa dengannya?, Aku tidak pernah melihatnya serapuh ini." Batin Anya.

***

Pagi yang cerah di hari Minggu....

Anya bangun dari tempat tidur, berjalan  menuruni tangga dan sampai didapur lalu melewati meja makan yang sudah terisi Handoko dan Abim, ia hanya berjalan tanpa menghiraukan mereka karena ia pikir tidak mungkin mereka disana.

"Hai anak ayah". Ucap Handoko di meja makan.

"Nggak mau makan nih?". Sambung Abim.

Anya berhenti matanya langsung melek dan menoleh kebelakang.

Handoko dan Abim tersenyum usil.

"Ayahh... Bang Abim....".

Anya langsung berhambur memeluk ayahnya.

"Ayah kok nggak bilang sih mau pulang".

"Kejutann!!!".

"Ishhhh".

"Lo juga bang ngapain sok amat bikin kejutan kejutan". Ucap Anya yang langsung memeluk Abim.

"Dih elo mah nggak gaul, jaman sekarang kan kejutan kejutan pakainya, iya nggak yah?!". Ucap Abim mengacak rambut Anya.

Abim mencubit pipi kanan Anya dengan gemas, "ishhhhh kangennya sama Adek gue yang paling jelek ini."

"Sakit tauk!". Erang Anya sambil mengusap pipinya yang disusul oleh kekehan Abim.

Handoko hanya mengangguk tersenyum.

"Anya kira cuma mimpi tadi haha".

"Diem ah ketawa Lo nggak keren wkwkk!". Ucap Abim sambil mengacak rambut Anya.

"Awas lo ya!!".

Setelah menyelesaikan sarapan Anya duduk santai di pinggir kolam renang dengan segelas orange juice.

"Aku menyayangimu Minggu...". Ucap Anya.

"Wahhh enak bener ya, santai santai-santai kek dilantai".

Anya menoleh kebelakang ternyata itu suara Reza yang datang bersama Dion dan Vino.

"Kok gaada orangnya, siapa si setan ganggu aja". Ucap Anya lalu acuh.

"Udah buta ni anak". Ucap Dion.

"Paan kalian ngerusak hari Minggu gue aja".

"Idihhhh pedes banget tu mulut kali ngomong". Ucap Reza.

Vino malah celingak-celinguk menelusuri setiap sudut rumah Anya yang besar.

Akhirnya mereka ber empat memilih masuk untuk duduk di ruang tamu.

"Ahh bosen ni main yukk". Ajak Vino

"Ikut gue aja ayo!". Ucap Reza yang langsung berdiri diikuti Dion dan Vino.

"SI tikus tanah seenaknya aja dikira rumah siapa". Ucap Anya sambil melirik tajam.

Mereka ber tiga sampai di sebuah ruangan besar milik Anya yang berisi banyak Vidio game dan koleksi-koleksi superhero milik Anya yang harganya bukan main.

"Wahhhh gilaaa ini punya Lo nya?!, Jadi tambah suka gue sama lo". Ucap vino sambil menaikkan satu alisnya.

"Najis." Anya melipat tangannya dan bersender diambang pintu.

"Ya iyalah siapa lagi".

"Wahhhh ini kan limited edition yang cuma ada 1 di Indonesia dan Lo punya???!". Ucap vino yang berada di depan salah satu koleksi Anya yang berada di dalam kotak kaca.

"Gue kan bilang, Anya mah nggak ada tandingannya". Ucap Reza.

"The real sultann". Timpal Dion.

Anya hanya memutar mata malas melihat ketiga temannya.














Uncle BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang