CHAPTER 43

653 29 0
                                    

"non bangun udah sore, makan dulu". Ujar bi Sri namun Anya belum juga bangun.

"Aduhh non Anya bangun... Tidur Mulu

Mata Anya perlahan terbuka mendengar samar-samar suara bi Sri yang terus berulang memanggil namanya.

Saat akan beranjak ia merasakan getaran di kasurnya yang disebakan oleh ponselnya yang berdering, bertuliskan nama sahabatnya itu.

"Hm?".

"Ada yang mau gue omongin sama lo! gue jemput sekarang!". Ucap Reza di seberang.

Tutt...

Belum sempat Anya menjawabnya Reza sudah memutuskan panggilan mereka.

Anya berdecih dan berjalan sempoyongan menuju lantai bawah, perutnya yang keroncongan memaksa untuk segera di isi.

"Aduh! Ya ampun astagaaaa sakit banget!". Mata Anya langsung bulat sempurna, kesadarannya langsung kembali 100% saat merasakan jari kakinya tersandung kaki meja membuat Handoko dan Abim yang berada di meja makan terlonjak kaget.

"Kebiasaan banget sih, udah punya mata kaki masih aja kesandung". Ucap Abim.

"Kalo mata kaki bisa ngeliat, ni kaki udah dari dulu nendang muka Lo yang ngeselin minta dicekek!". Ketus Anya sambil memegangi Karo kakinya yang masih terasa nyeri.

"Adik durhaka lo ya awas lo!". Ucap Abim sambil mengacungkan sendok makannya.

Handoko hanya geleng-geleng kepala, ia tidak lagi heran jika makanan pembuka mereka adalah perdebatan.

"Hai om, bang!". Ucap Reza yang datang membuat semua orang melihat kearahnya.

"Oh Reza, mau ajak jalan Anya pasti". Goda Handoko sambil menaikkan satu alisnya pada Anya.

"Gue heran aja Reza kok betah temenan sama lo yang tukang tidur, gak pernah mandi, jelek, ceroboh, otak dideng...".

Belum sempat Abim menyelesaikan ucapannya Anya sudah terlebih dahulu melempar kotak tisu yang untungnya langsung di tangkap oleh Abim, "bacot lo kaleng rombeng!".

"Sialan." Umpat Abim.

"Lo ikut makan dulu aja ja, laper gue". Ucap Anya yang langsung memgambil nasi beserta lauk pauk kedalam piringnya.

"Hooh makan dulu aja, bakal butuh tenaga nungguin cewek dandan". Ucap Abim sambil sedikit berbisik namun masih terdengar oleh telinga Anya.

Anya tak menghiraukan ocehan Abim dan fokus pada makanan yang sudah menunggu untuk di cerna itu, tidak ada masakan yang lebih enak dari masakan bi Sri seorang, mungkin jika ibunya masih ada ia akan bilang yang terenak ialah milik ibunya.

Setelah makan bersama dengan sesesaki candaan dan obrolan ringan Anya pergi kekamarnya untuk mandi dan bersiap.

"Reza, kamu tau hubungan Bram sama Anya?". Tanya Handoko.

Reza sedikit terkejut mendengar bahwa Handoko mengetahui itu, "iya om".

Mendengar hal itu Handoko hanya menggeleng tidak menyangka semuanya.

***

Anya dan Reza sudah berada di dalam mobil milik Reza.

"Kita mau kemana?". Tanya Anya.

"Ada dehhh". Jawab Reza.

Sepanjang perjalanan Reza tidak bisa menutupi bahagaianya, jantungnya terus berdegup kencang membayangkan bagaimana reaksi Anya setelah itu.

Tidak lama mereka sampai di sebuah pantai.

Anya sedikit dikejutkan dengan Reza yang tiba-tiba membukakan pintu mobilnya saat akan keluar.

Uncle BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang