Kabut menyelimuti hati yang gelap gulita, malam begitu hampa hingga binatang malam tak bersua. Begitu hina dirinya tak tahu harus berbuat apa.
Reza langsung beranjak menyambar kunci mobil dan tancap gas tak sabar menuju kediaman Anya.
"Gue nggak bisa diem aja, persahabatan gue nggak boleh putus gitu aja." Ucap Reza.
10.00p.m
Malam semakin larut namun tidak ada yang beranjak dari tempatnya, Vino, Abim, dan Dion memilih untuk bermain PS sedangkan Handoko malah sudah molor di sofa.
Tertinggal Bram dan Anya yang asik memperhatikan Vino, Abim, dan Dion. Mungkin hanya Anya saja karena Bram lebih tertarik memperhatikan Anya yang tersenyum ceria.
"Anya besok mau ikut uncle nggak?". Tanya Bram.
"Mau". Jawab Anya tanpa menoleh.
"Kita cari gaun pengantin yang cocok buat kamu".
Sontak perkataan Bram barusan langsung membuat jantung Anya mencelos, Anya menoleh kearah sumber suara.
"Maksud uncle?". Tanya Anya.
Bram hanya menyahutinya dengan mengangkat satu alisnya keatas.
"Apa artinya uncle sekarang lagi ngelamar gue?". Batin Anya.
Sekarang Anya benar-benar tak bisa menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah membuat Bram gemas melihatnya.
"Tuan, maaf tuan". Ucap pak Asep yang tiba-tiba datang dengan tergesa-gesa.
"Ada apa pak kok panik gitu, nafas dulu". Ucap Anya.
"Anu non, tuan itu mas Reza datang". Ucap pak Asep.
Raut wajah Anya kembali pucat mendengar hal itu, begitu juga Abim yang langsung melemparkan stik PS nya kesembarang arah.
"Brengsek mau ngapain lagi tu anak". Ucap Abim.
Langkahnya ditahan oleh Bram, melihat wajah Abim bisa saja ia benar-benar akan membunuh Reza.
"Tenangkan diri kamu, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan amarah." Ucap Bram.
Bram beralih ke Anya yang masih gelisah lalu menggenggam tangan mungilnya.
Bram melangkah keluar dengan Anya diikuti semua orang, tidak hanya Abim disini yang sudah tersulut emosi, kedua sahabat Anya tidak kalah jengkelnya.
Terlihat Reza yang berdiri didepan mobilnya melihat Bram dan yang lainnya keluar sontak membuatnya mendekat.
Anya memilih bersembunyi di balik punggung lebar Bram.
Reza mendekat ingin menggapai tangan Anya namun langsung tertahan saat satu pukulan mendarat pas di pipi kirinya.
Buggg...
Semua orang disana terperanga melihat itu, bukankah tadi Bram yang mengatakan sendiri untuk tidak emosi tapi ini, dia malah langsung saja melayangkan pukulan kewajah Reza.
"Uncle". Lirih Anya saat melihat rahang Bram yang mengeras juga matanya yang tajam, baru kali ini ia melihat Bram begitu sangar dan tatapan yang menakutkan.
"Jangan pernah berani menyentuh milik saya". Ucap Bram datar namun menusuk.
"Ini bukan urusan Lo! Minggir!". Ucap Reza lalu kembali mendekat berusaha meraih tangan Anya.
"Nya maafin gu-"
Buggg...
Satu pukulan kembali mendarat ke pipi kanan Reza hingga sebuah cairan merah kental keluar.
"Urusannya juga urusan saya".
Reza berlutut tepat dihadapan Bram juga Anya, air matanya mengalir bebas tak terbendung hingga mengenai luka di ujung bibirnya yang semakin perih.
Tindakan Reza sedikit menggoyahkan hati Anya, ia tidak tega melihat Reza seperti itu.
"Nya maafin gue". Lirih Reza yang masih bisa terdengar.
"Gampang emang minta maaf, lo nggak tau apa yang udah dirasain sama Anya lo sadar nggak sih dia itu sahabat lo! Buta lo!". Teriak Dion yang sudah tidak tahan dan maju ingin menghajar pria didepannya itu.
Buggg...
Belum sempat Bram sudah lebih dulu mewakilkan pukulannya tepat di uluh hati Reza membuatnya langsung tersungkur kebelakang.
Anya menutup mulutnya dengan kedua tangan, tidak tega melihatnya.
Handoko yang mendengar suara berisik langsung keluar dan terkejut melihat pemandangan Bram sedang mengajar seseorang yang sudah bisa dipastikan oleh Handoko dia adalah Reza.
Bram tak henti-hentinya melampiaskan amarahnya pada Reza, darah sudah keluar dari hidung, mulut juga pelipisnya. Matanya memburam sama sekali tak melawan pukulan Bram.
"Uncle sudah". Teriak Anya dengan air mata yang menetes.
"Bang tolong hentikan uncle, bang!". Pinta Anya pada Abim.
"Biarin aja dek, kalo bukan uncle juga pasti Abang yang udah mukulin dia itu belum seberapa". Ucap Abim.
"Dion, Vino cepet pisahin mereka! Gimana kalo Reza mati".
"Biarin nya! Kenapa lo masih mau belain orang kaya dia." Ucap Dion.
Anya berlari dan langsung memeluk tubuh Bram dari belakang.
Deg.
Bram yang sedang meremas kerah kemeja putih milik Reza yang sudah berlumuran darah langsung mematung.
"Cukup uncle cukup". Isak Anya.
Handoko dan semua orang disana ikut mematung melihatnya tak percaya.
Bram langsung melepaskan Reza membuat tubuh lemas itu terjatuh begitu saja kebawah, tubuhnya memutar kearah Anya hingga berhadapan.
Wajah yang tadinya begitu sangar penuh amarah berangsur teduh dan tersenyum kearah wanita didepannya itu.
Tangan Bram mengusap halus pipi mulus Anya.
"Iya". Lirihnya, lalu mendekap erat tubuh Anya.
Setelah beberapa saat Anya mengendurkan pelukannya lalu beralih menatap Reza yang sudah setengah sadar.
"Gu- gue udah maafin lo, tapi buat kayak dulu gue butuh waktu". Ucap Anya lalu masuk kedalam bersama Bram.
Reza masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas hingga diam-diam terukir senyuman sampai kesadarannya benar-benar hilang.
"Telpon ambulan lalu antar mobil itu ke apartemennya pak". Ucap Abim ikut masuk kedalam rumah.
"Siap mas".
Suasana rumah beralih mencekam setelah kedatangan Reza, semua orang tidak ada yang berani bersuara hanya menunggu Anya yang masih diam menunduk di samping Bram juga Handoko.
Kemeja milik Bram sudah bisa ditebak, lusuh dan berantakan, rambutnya juga acak-acakan, benar-benar kacau sekali.
"Anya". Ucap Bram.
Anya menoleh dengan sendu.
"Maafin uncle tadi".
Anya tersenyum, "jangan diulangi lagi ya uncle".
Bram lega sekarang, ia takut bahwa Anya kecewa dan malah marah padanya tapi ternyata tidak.
"Bi Sri anter Anya kekamar ya". Ucap Handoko.
"Istirahat ya". Ucap Bram.
Anya pun menuju ke kamarnya dengan bi Sri untuk sekedar melupakan hal itu dan berusaha ikhlas memaafkan Reza, karena bagaimana pun dia tetap saja sahabatnya.
Double update buat Nebus karena kemarin-kemarin jangan update🥺.
Menurut kalian capt ini gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle Bram
RomantizmFollow dulu sebelum baca ya!🤗🙏 Happy reading ❤️ Anya Anastasya Wijaya, seorang wanita yang tak pernah jatuh cinta tiba tiba menyukai pria seumuran dengan papanya, namun beberapa konfik permasalahan selalu muncul dalam kisah cintanya ditambah denga...