Sewaktu kecil, Vikrama berpikir memiliki rumah di perdesaan terkesan tidaklah menyenangkan. Sangat membosankan. Tidak ada koneksi internet, Mall, Kafe, Bioskop, dan teknologi-teknologi yang selalu menemani hari-harinya. Pikiran kecilnya seolah merasa seperti, jauh sekali dari peradaban.
Seekor burung berkicau, memanggil-manggil namanya di langit biru nan sepi. Dia bersandar pada sebuah pohon beringin yang berada di dekat rumahnya, lalu menutup kedua matanya secara perlahan sembari menikmati semilir angin yang berhembus menerpa ke seluruh tubuhnya. Terasa begitu nyaman dan damai, jauh dari polusi, dari mereka yang penuh dengan nafsu.
Perceraian kedua orang tuanya yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu meninggalkan sebuah perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Dia merasa bahwa semua ini tidak terasa benar, keputusan yang diambilnya saat itu masih menyisakan sedikit keraguan di dalam hatinya.
"Vikrama waktunya makan!" teriak Ayah dari dalam rumah.
Vikrama segera bangun dari duduknya dan berjalan pergi masuk ke dalam rumahnya yang sederhana. Setelah bercerai dengan Ibu, ada banyak sekali wanita yang berlomba-lomba ingin menikah dengan Ayahnya. Tetapi entah kenapa Ayahnya selalu menolak setiap wanita yang datang kepadanya. Hal pertama yang terbesit dalam pikiran Vikrama adalah mungkin karena ayah tidak ingin merasakan perceraian atau pengkhianatan lagi, terlebih alasan ayah bercerai adalah karena Ibu berselingkuh dengan pria lain. Namun, saat ia tanyakan alasannya kepada Ayahnya, Ayahnya memberi alasan yang membuat Vikrama kagum terhadapnya.
Terukir sebuah senyuman dalam raut wajah Ayahnya ketika sedang berbicara, tapi terkadang beberapa air mata menetes di sela-selanya, "Sulit untuk mengatakan perasaan yang dikhianati oleh orang yang kita cintai. Tetapi mengatakan sudah tidak memiliki rasa cinta hanyalah kebohongan untuk membodohi diri sendiri. Hanya karena kita mungkin bisa mencintai yang lain, bersama dengan yang lain, akan tetapi pada akhirnya hanya akan ada satu yang menetap dalam hati kita," kata Ayahnya dengan raut muka tersenyum, menyembunyikan kesedihan yang amat dalam dari hatinya.
Seandainya dia berani melepas ego dan gengsi dari dalam dirinya. Mungkin saat ini ia akan segera memberikan sebuah pelukan yang tidak akan pernah ia lupakan. Namun, apalah daya, masa lalu adalah penyebab semua kejadian ini. Dia hanya bisa terdiam dan menatap wajah Ayahnya seperti bagaimana biasanya.
Hidup berdua bersama dengan Ayah sangatlah menyenangkan, meski hanya sedikit itu dapat menutupi beberapa kekosongan di dalam hatinya. Banyak sekali pelajaran hidup yang telah ia terima selama ini, dimulai dari hal-hal yang sepele sampai dengan sesuatu yang bahkan Vikrama tak cukup yakin akan mengalaminya.
Kehidupan, kebahagiaan, cinta, bahkan penderitaan.
Matahari perlahan mulai terbenam, menggantikan keramaian cahaya dengan heningnya kegelapan. Setelah selesai memakan makanannya, Vikrama bersama ayahnya kembali bersandar pada sebuah pohon beringin besar yang berada di dekat rumahnya, bersama-sama melihat betapa indahnya matahari yang akan segera terbenam dan digantikan dengan keindahan langit malam.
Tapi di saat yang bersamaan, harta yang menjadi satu-satunya alasannya, perlahan mulai tertidur dengan tenang.
Selamat Membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
Teen FictionAnak-anak terlahir karena keegoisan orang tua. Mereka tidak pernah meminta untuk dilahirkan, mereka juga tidak bisa memilih oleh siapa mereka dilahirkan. Sangat adil jika kamu terlahir dengan keluarga yang baik, tapi ketika kamu terlahir dengan kelu...