"Sayang bangun! kamu bilang pagi ini ada pertemuan bersama kepala sekolah bukan?" ucap Lira, berusaha membangunkan Akmal yang masih tertidur pulas di atas kasurnya. Dia merasa ketika membangunkan Akmal itu seperti membangunkan seorang anak yang akan pergi ke sekolah.
"Sebentar lagi sayang!"
"Apanya yang sebentar lagi, ini sudah jam 7 tahu!" teriak Lira dan seketika Akmal segera terperanjat bangun dari tidurnya, lalu mengambil handuk dan pakaian gantinya, dan segera pergi ke kamar mandi. Lira hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah Akmal yang seperti anak-anak. "Daripada menjadi wanitanya, mungkin aku lebih cocok menjadi Ibunya."
Memelas, Lira menghela napas kasar, lalu segera beranjak pergi keluar kamar untuk membuatkan sarapan buat Akmal. Di dapur hanya terdapat bahan-bahan sederhana; beberapa butir telur, daging ayam, dan bahan-bahan masakan lainnya. Tetapi meski begitu, Lira tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk membuatkan makanan yang sehat bagi Akmal.
Lira memasukkan semua bahan tersebut satu per satu, memasaknya dengan penuh rasa cinta. Dulu saat masih tinggal bersama dengan neneknya, neneknya selalu mengatakan bahwa sebelum memiliki suami yang hebat, harus ada wanita luar biasa di belakangnya, dan sebagai seorang wanita dia harus menjadi seorang pendukung lelakinya di saat-saat masa terpuruknya.
"Lagi masak apa kamu?" tanya Akmal yang kini duduk di atas kursi, meja makan. Lira melihat Akmal setengah telanjang, hanya mengenakan celana pendek dengan rambutnya yang masih basah. "Itu akan terasa enak jika kamu memasaknya penuh dengan rasa cinta."
"Iya, itu tentu saja, sudah pasti." Lira meletakkan semua makanan sederhana tersebut ke atas meja, dan tidak lupa pula ia menyeduhkan secangkir kopi hitam untuk Akmal. "Keringkan dulu rambut kamu di kamar sana!"
"Nanti saja, aku sudah tidak sabar ingin segera menyantap makanan penuh cinta ini," kata Akmal seraya mengambil sendok di sebelahnya, lalu mulai menyantap makanan yang dibuat oleh Lira dengan sangat lahap. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya, berusaha memberitahu Lira bahwa makanan yang dibuatnya sangatlah enak. "Kamu tahu, makanan ini bahkan bisa mengalahkan makanan bintang lima yang pernah aku makan."
Lira terkekeh pelan, "Iya dong, makanan yang aku buat memang lebih enak," ucapnya.
Namun, secara tidak langsung, Akmal juga merasa nostalgia dengan masakan yang selalu dibuat oleh Ibunya. Dia hanya tersenyum, memikirkan kembali saat-saat itu, berandai-andai jika saja saat ini ia dapat kembali merasakan perasaan saat itu bersama dengan Lira, mungkin itu akan terasa sangat menyenangkan. Tetapi dia hanya menggeleng pelan kepalanya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa saat-saat seperti dulu itu tidak akan pernah terulang lagi.
"Sayang, bisa kamu tolong ambilin kemeja putih sama celana hitam aku di kamar!" pinta Akmal dengan sedikit berteriak karena sekarang Lira sedang berada di ruang tamu.
Tak lama, ketika sedang fokus memakan makanannya, Lira tiba-tiba berada di belakang Akmal, "Apa yang sedang kamu lakukan?" tanyanya merasa heran, melihat Lira memegang rambutnya.
"Diamlah! aku akan mengeringkan rambutmu!"
Terdengar bunyi pengering rambut, Akmal merasakan angin hangat di atas kepalanya dan tangan Lira yang lembut ketika memegang kepala Akmal terasa begitu nyaman. Lira mengeringkan rambut Akmal dengan tersenyum sementara Akmal tetap fokus memakan makanannya, bagi mereka ini terasa sangatlah romantis, dan Akmal juga berpikir bahwa Lira adalah wanita yang luar biasa.
"Kamu sudah membawakan pakaianku?" tanya Akmal.
Lira masih tetap dengan senyumannya, "Iya, aku menyimpannya di atas kursi yang ada di ruang tamu," jawabnya, dan setelah selesai mengeringkan rambut Akmal, dia mencabut kabel pengering rambut itu dari stopkontak, lalu menyimpan pengering rambutnya kembali di kamar. Akmal juga telah selesai dengan makanannya, dia segera bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju kursi yang berada di ruang tamu untuk mengambil pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
Teen FictionAnak-anak terlahir karena keegoisan orang tua. Mereka tidak pernah meminta untuk dilahirkan, mereka juga tidak bisa memilih oleh siapa mereka dilahirkan. Sangat adil jika kamu terlahir dengan keluarga yang baik, tapi ketika kamu terlahir dengan kelu...