8. Putus Obat

54 38 3
                                    

Berada di sebuah taman yang rindang dengan pepohonan lebat, angin-angin yang berhembus kencang meniup daun-daun berguguran dari dahannya di bawah pancaran sinar matahari yang cukup terang, fenomena itu membawa rasa nyaman tersendiri baginya. Gelak tawa keluar dari orang-orang yang berada di sekitarnya, sudah lama ia tidak merasakan perasaan seperti ini. Berkumpul bersama dengan keluarganya yang manis, tertawa dan membicarakan sebuah obrolan sederhana. Namun, secara perlahan pandangannya menjadi kabur dan gelap. Ia berusaha meraih tangan seorang pria yang hendak menarik tangannya, tapi ia tak dapat menggapainya. Ia tenggelam, terhisap ke dalam sebuah lautan yang begitu gelap.

Ayah ... Ibu ....

"Kakak!"

Teriakan Tarani menggema ke seluruh penjuru kamar. Ia terbangun, dan terdiam sesaat, merasa tak percaya karena itu semua hanyalah sebuah mimpi, hingga akhirnya ia tersadar ketika mengamati ruangan di sekitarnya, mengamati setiap benda yang berada di dalam ruangan, dimulai dari lemari, jendela, dan langit-langit yang sama sekali tidak terlihat begitu familiar.

Di sekitarnya terdapat seorang pria yang terduduk lelah seraya menyandarkan punggungnya di tepi ranjang. Tarani merasa penasaran dengan pria yang di depannya, ia secara perlahan bergerak, mendekat ke tepian ranjang dan memiringkan sedikit tubuh bagian atasnya untuk melihat wajah pria itu secara jelas.

Sebelum Tarani menatapnya, pria itu sudah menatapnya terlebih dahulu dan mengatakan: "Kamu sudah bangun?"

Tarani dengan segera mengangkat kepalanya, "I ... iya," balasnya terbata-bata, menjadi salah tingkah karena merasa malu dan terkejut ketika Vikrama menatapnya.

"Aku sungguh mengira kamu tidak akan pernah terbangun kembali."

"Apa maksudmu aku sudah mati?" Tarani  mengatakannya dengan nada sedikit kesal seraya melipat kedua tangannya di dada. Ia ingin marah, tapi rasa sakit di kepalanya kembali muncul dan lebih memilih untuk tidak memperpanjangnya. "Di mana ini?"

"Kamu berada di rumahku. Ketika sedang dalam perjalanan pulang, aku tak sengaja menemukanmu tergeletak tak sadarkan diri di tepi jalan."

Tak sadarkan diri? Tarani mencoba mengingat alasan bagaimana dia bisa menjadi seperti itu. Tapi ketika mencoba berpikir keras, ia merasa kepalanya akan segera meledak. Perutnya juga terasa mual dan langsung memuntahkan sisa-sisa makanan ke dalam sebuah ember yang sepertinya sudah disiapkan oleh Vikrama sebelumya.

Tarani membersihkan sisa muntahan tadi di sekitar mulutnya dengan tangan kanannya dan kembali bertanya, "Kamu siapa?" ia merasa begitu familiar dengan wajah seorang pria yang berada di hadapannya ini, ia seperti pernah bertemu dengannya di suatu tempat, hanya saja dia tidak dapat mengingatnya.

"Aku?" Vikrama membalikan wajahnya hingga mata mereka saling menatap, dengan menampilkan senyuman terbaiknya, Vikrama kembali memperkenalkan dirinya. Agak sedikit menyakitkan karena dia sudah dua kali dilupakan oleh Tarani. "Namaku Vikrama Mukti, murid baru yang menjadi teman sebangkumu di sekolah."

"Oh, pantas saja aku merasa pernah melihatmu." Tarani meraba-raba tubuhnya, ia merasa tidak begitu nyaman dan rasa dingin ini seolah-olah menusuknya secara langsung. Dan ia tersadar jika baju yang ia pakai sekarang, sangat berbeda dengan baju yang ia kenakan kemarin. Bahkan saat ini ia tidak memakai dalaman sama sekali. "Jangan bilang kamu yang menggantinya!"

Vikrama menaikkan kedua pundak dan alisnya secara bersamaan. "Maaf." Hanya itu saja kata yang dapat terucap dalam mulutnya. Vikrama sebenarnya sudah begitu pasrah, dan telah bersiap diri jika pada akhirnya Tarani akan memukulinya dan menjadi benci terhadapnya. Karena telah melepas pakaian di tubuhnya tanpa izin, itu adalah reaksi yang wajar bagi setiap wanita jika di perlakukan seperti itu. Tapi, Tarani terlihat tidak memperdulikannya dan kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur, seolah-olah itu bukan suatu masalah besar yang harus dipermasalahkan.

SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang